Perasaan bersalah itu muncul lagi

Entah mengapa, perasaan bersalah itu muncul lagi. Perasaan bersalah yang amat mendalam. Saat aku melihat kicauannya di timeline twitterku, aku merasa sangat bersalah. Mungkin karena beberapa hari yang lalu aku menanyakan berapa usianya. Mungkin ia merasa tersinggung atas pertanyaanku itu. Atau mungkin juga, saat aku tanyakan pertanyaan itu ia sedang dalam kondisi badmood. Tapi yang pasti, aku merasa sangat bersalah padanya. Aku merasa tak pantas lagi dianggap sebagai teman. Aku pengganggu. Aku selalu mengganggu pagi, siang, sore, dan malamnya. Aku kesulitan menahan diri untuk tidak mengajaknya berbicara meskipun itu hanya melalui media sosial dan media chatting. Tapi sekarang, hal itu harus aku lakukan. Aku harus bisa menahan diriku. Dulu aku selalu bersemangat untuk mengirimkan chatku di pagi hari kepadanya. Mengucapkan selamat pagi dan menyemangatinya. Aku selalu bersemangat dan bangun lebih pagi dari biasanya. Tetapi sekarang, aku merasa aku harus mengurangi ambisiku untuk menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat pagi kepadanya. Sudah 2 hari aku tahan itu. Sulit sekali rasanya bagiku. Tetapi, aku rasa ini akan jadi lebih baik. Untuknya dan untukku. Aku harus menanamkan konsep dalam otakku bahwa aku bukan siapa-siapanya. Aku tak lebih dari penggemarnya. Aku adalah orang bodoh yang 'hanya karena ia memiliki selera musik yang sama denganku, lantas aku menganggapnya sebagai kakakku'. Tidak ada dasar lainnya. Hanya karena saat itu aku iseng me-mention radio favoritku saat dia siaran tanpa ada harapan kicauan tersebut akan dibaca. Mungkin sekarang pernyataan 'iseng-iseng berhadiah' adalah pernyataan yang paling tepat untukku. Mungkin menganggapnya 'kakak' adalah hal terbodoh kedua yang aku lakukan setelah sering me-mention radio favoritku saat ia siaran. Hanya karena aku sangat ingin punya kakak, lantas aku bisa langsung mengaggapnya 'kakak' begitu? Pikiran bodoh.

Comments