Posts

Showing posts from October, 2014

Angin: Kemana ia akan membawaku

Banyak yang bertanya kepada saya, mengapa saya memilih sekolah tempat saya mencari ilmu sekarang. Bahkan beberapa teman menyayangkan pilihan saya. Teman-teman saya bertanya, mengapa saya tidak memilih sekolah menengah atas negeri. Mereka berbeda mindset dengan saya. Alasan saya memilih sekolah menengah atas tempat saya mencari ilmu sekarang bukanlah semata-mata karena banyak teman saya yang bertujuan sama. Bukan juga karena ini adalah sekolah homogen. Namum, karena saya memang minat ke sekolah ini. Sebab jurnalistik di sekolah ini termasuk yang unggul. Bahkan memiliki majalah sekolah. Sungguh sebuah impian saya bisa menulis di majalah, meskipun hanya majalah sekolah. Saya pikir: mungkin ke sini-lah angin membawa saya. Membawa saya dan impian-impian saya untuk nantinya terbang lebih tinggi. Karena menurut saya: kemanapun anginNya membawa saya pergi, angin tersebut akan membawa saya kepada hal-hal yang baik. Termasuk ketika anginNya membawa saya untuk bersekolah di sekolah homogen ini,

Potongan hati yang tertinggal

Bagi saya, rumah bukan hanya sebuah bangunan. Tapi juga kebersamaan yang ada di dalamnya. Selain itu, bagi saya rumah adalah tempat untuk pulang. Bagi saya, Yogyakarta adalah rumah yang sangat luar biasa. Dengan setiap sudut yang punya cerita, asal usul, dan kenangan bagi saya pribadi. Meski saya pergi berlibur ke rumah saudara saya yang ada di Jawa Timur, namun ada sedikit potongan hati saya yang tertinggal di Yogyakarta dan menolak untuk ikut pergi. Lima belas tahun delapan bulan lebih sudah saya tinggal di Yogyakarta sejak saya lahir. Sepertinya, Yogyakarta adalah cinta pertama saya. Sebab, Yogyakarta selalu punya senja yang istimewa. Senja yang cantik, senja yang memiliki banyak warna. Yogyakarta punya romantisme tersendiri saat hujan turun mengguyur kota pelajar ini. Meski belum pernah pergi dan tinggal di tempat lain lebih dari satu bulan (paling lama dua minggu, saat pergi berlibur ke Pontianak, atau selama lima hari pergi ke Bali), saya selalu merindukan kota ini. Saya selalu

Perahu dan Pelabuhan

Menurut saya, orang-orang itu seperti perahu dan kita adalah pelabuhan. Mereka datang, singgah dan kemudian akan memutuskan, apakah akan tetap singgah selamanya atau pergi. Yang pergi pun punya pilihan: akan kembali lagi atau tidak. Yang singgah pun bisa saja pergi kapan saja mereka mau. Ada kalanya hidup kita ramai, namun ada kalanya pula hidup kita sepi. Ada kalanya 'perahu' lain datang, namun ada saatnya pula 'perahu' tersebut pergi. Hidup penuh dengan dinamika. Meski ada yang pergi, pasti akan ada yang datang pula. Kehadiran orang-orang yang ada dalam hidup kita akan terasa berharga ketika mereka sudah pergi. Ada juga kehadiran beberapa orang yang tak terlalu kita harapkan. Dan kita biasanya cenderung mengharapkan agar mereka pergi dari kehidupan kita tanpa kita sadari bahwa kehadiran mereka dibutuhkan untuk menyeimbangkan kehidupan kita. Vina Kanasya

Luka yang tak terlihat

Jatuh tersandung di jalanan berkonblok sering kali menimbulkan luka. Luka lalu dibersihkan lalu akan ada dua pilihan, mau ditutup dengan plester, atau membiarkannya terbuka hingga kering. Beberapa orang akan memilih untuk menutup luka tersebut dengan plester. Meski tertutup dan tak terlihat, terkadang masih akan muncul rasa sakit. Dan akan makan waktu lebih lama agar luka tersebut benar-benar sembuh. Sama seperti halnya luka hati. Plesternya adalah senyum dan tawa yang sebenarnya semu. Meski tersenyum dan tertawa hebat di depan orang lain, ada luka hati yang sakitnya luar biasa sedang dirasakan dan berusaha ditutupi. Ditutupi dengan segala cara, dengan semua drama dan senyum palsu. Tentu akan makan waktu lebih lama. Sama halnya dengan luka yang ditutupi dengan plester. Dan sakit yang dirasakan akan lebih lama. Plester hanya membuat luka yang ada terlihat lebih baik. Tidak benar-benar baik. Seolah tak ada luka yang mengakibatkan sakit, namun pada kenyataannya ada luka yang menyakitkan.

Prolog #SehariMenuliSatu

Long time no see, pembaca. Radio kesayangan saya lagi buat proyek #SehariMenuliSatu dan obrolan tadi siang bareng kak Akbar Hakim mendorong saya untuk ikutan proyek ini. Itung-itung untuk mengasah kemampuan saya menulis juga sih. Jadi saya pikir, saya akan coba ikut proyek ini. Hmm ini aja sih prolog saya. Saya ikut ini ketika 21 peserta terpilih lainnya sudah masuk hari kelima. See you on the next post!♥ Vina Kanasya

Pergi dan Tak Pernah Kembali

"Aku duluan, ya." Dan kalimat itu ternyata merupakan kalimat terakhir yang kudengar darinya. Setelah mengucapkan itu, dia pergi. Dan tak pernah kembali. *** Siang itu sungguh terik. Aku menunggu sendirian di bangku taman kota–tempat biasa kami bertemu. "Maaf ya, aku terlambat lagi." Tiba-tiba ada suara yang mengagetkanku. Ah, ternyata dirinya. "Iya, nggak apa-apa kok." Aku sudah mengenalnya bertahun-tahun. Menjalin persahabatan baik dengannya. Setiap masalah dengan kekasihnya selalu ia ceritakan kepadaku. Dan siang ini sepertinya ia akan bercerita lagi. Tanpa ia sadari bahwa setiap cerita dan nama perempuan yang terlontar darinya membuat hatiku teriris sedikit demi sedikit. "Aku putus dari dia." Ujarnya membuka percakapan. "Kenapa?" "Dia bilang aku nggak peduli sama dia. Jadi barusan aja dia putusin aku." "Oh." Hanya 'oh' singkat yang dapat aku berikan. Kemudian kami terdiam lama. Aku tak sadar b

HAI HAI

Dan aku nggak punya tulisan sama sekali di bulan September kemaren~ Padahal di Timehop, September-ku tahun lalu Soooo Lovable. Kaya lagunya Abdul & The Coffee Theory. Ada sih, 1 draft yang nggak ter-post karena alasan kesibukan yang luar biasa *abaikan*. Ya dan aku nulis ini ditengah konsep-konsep kimia yang harus saya pahami karena besok UTS dan masih ada pelajaran, pulang jam 13.30 :\ *kampret! Aku nggak tau harus apa, aku nggak tau jurusanku di MIA ini bener atau enggak, dan aku bingung! :(. Apa aku harus berubah? Kira-kira, tingkah laku-ku yang, males, menyepelekan, nggak pernah nyatet, dan cuma bermodal dengerin penjelasan guru ini bisa buat aku bertahan di MIA atau nggak, ya? :( tapi mungkin emang ini sih jalannya. Sekarang di kelas isinya cewek semua. Berasal dari berbagai macam latar belakang, dan sifat yang beda-beda juga. Dan aku nggak tau harus apa. Ditambah rasa bersalah gegara bulan lalu blas nggak punya tulisan. Padahal di otak banyak hal yang tak tersampaikan. Yang