[Movie Review] Sokola Rimba

Happy Sunday, guys!
Gimana hari pertama di bulan Desember kalian? Kalo aku sih, fun banget. Hari ini aku nonton film Sokola Rimba sama Papa \o/ bela-belain dateng jam 10 ke salah satu mall di Jogja, dan nunggu 1 jam di sana buat nunggu bioskopnya buka. Tapi, semuanya terbayar lunas ketika aku bisa dapet antrian beli tiket pertama \m/ nonton Sokola Rimba di tengah euforia salah satu film hollywood yang ditunggu banyak orang saat ini. Apalagi kalo bukan The Hunger Games: Catching Fire. Aku ndak tertarik #jujur. Aku lebih tertarik nonton Sokola Rimba. Sebernya kalo boleh, aku pengen me-movie marathon-kan Sokola Rimba sama Sagarmatha. Tapi, daripada ntar kesorean, nggak sempet istirahat, besok masih sekolah juga, ya udahlah. Beli tiket yg jam 11:30. Setelah beli, aku sama Papa turun bentar. Cari snack. Singkat cerita, aku duduk manis di Theather 5 seat D11 sama Papa dan nonton Sokola Rimba.

Sinopsis:
Setelah hampir tiga tahun bekerja di sebuah lembaga konservasi di wilayah Jambi, Butet Manurung telah menemukan hidup yang diinginkannya, mengajarkan baca tulis dan menghitung kepada anak-anak Orang Rimba, yang tinggal di hulu sungai Makekal di hutan bukit Duabelas.
Suatu hari, saat tengah dalam perjalanan menuju Hulu Sungai Makeal, Butet pingsan. Seorang anak tak dikenal datang menyelamatkannya. Nyungsang Bungo nama anak itu. Berasal dari Hilir sungai Makekal, yang jaraknya sekitar 7 jam perjalanan dari hulu sungai, tempat Butet mengajar. Diam-diam, Bungo telah lama memperhatikan Ibu Guru Butet mengajar membaca. Ia membawa segulung kertas perjanjian yang telah di 'cap jempol' oleh kepala adatnya, sebuah surat persetujuan orang desa yang ingin mengeksploitasi tanah adat mereka. Bungo ingin belajar membaca dengan Butet agar dapat membaca surat perjanjian itu.
Pertemuan dengan Bungo menyadarkan Butet untuk memperluas wilayah kerjanya ke arah hilir sungai Makekal. Namun keinginannya itu tidak mendapatkan restu baik dari tempatnya bekerja, maupun dari kelompok rombong Bungo yang masih percaya bahwa belajar baca tulis bisa membawa malapetaka bagi mereka.
Namun, keteguhan hati dan kecerdasan Bungo membuat Butet mencari segala cara agar ia bisa tetap mengajar Bungo, hingga malapetaka yang ditakuti oleh Kelompok Bungo betul-betul terjadi. Butet terpisahkan dari masyarakat Rimba yang dicintainya. Bagaimanakah akhir kisah Butet Manurung yang sangat mencintai orang-orang Rimba? Apakah cita-citanya dapat tercapai? Saksikan Sokola Rimba!
(Sinopsis: Wikipedia dengan sedikit perubahan )
~
Review:
Sokola Rimba ini based on true story. Catatan Butet Manurung selama mengajari anak-anak rimba tersebut diangkat menjadi sebuah film oleh sutradara Riri Riza dan diproduseri oleh Mira Lesmana. Sokola Rimba berlatar belakang wilayah pedalaman di daerah Jambi. Di mana adat istiadat masih benar-benar dipegang teguh. Butet Manurung diperankan oleh Prisia Nasution. Nyungsang Bungo diperankan oleh Nyungsang Bungo. 80% syuting dilakukan di dalam hutan. Ketika menonton, aku bener-bener ngerasa 'tertohok'. Kisah Butet menyadarkanku bahwa aku adalah anak yang beruntung. Aku bisa belajar tanpa terhalang adat dan perbedaan pendapat. Banyak pelajaran yang bisa aku ambil dari kisah Butet ini. Keteguhan hati, dan semangat yang dimiliki anak-anak rimba tersebut bener-bener bikin terharu. Nurutku, pesennya 'nyampe' ke penonton. Kemauan anak-anak rimba tersebut untuk sekolah bener-bener luar biasa. Tekad hati Butet untuk mengajari mereka sangat bisa dijadikan contoh dan teladan. Aku nangis banget banget pas... *sinyal ilang*. Yaampun, film ini recommended banget. Apalagi buat kamu yang lagi 'jatuh' dalam mengejar mimpi. Pengambilan gambarnya luar biasa. Terharu lagi liat anak-anak rimba yang aktingnya bener-bener keren. Prisia Nasution mendalami banget perannya sebagai Butet Manurung. Tapi, tetap punya kharisma yang 'Prisia banget'. Nurutku, film ini 'mencerminkan' kondisi yang Indonesia banget. Di mana orang-orang pedalaman kurang diperhatikan, serta penebangan hutan secara liar yang 'memaksa' suku-suku tertentu harus berpindah tempat. Selain itu, kondisi orang-orang pedalaman yang belum bisa membaca seringkali atau malah selalu dimanfaatkan oleh orang-orang tak bertanggung jawab yang selalu berusaha mengambil kekayaan alam untuk kepentingan dirinya sendiri. Secara ilegal. Ada 1 quote yang bikin aku merenung pas nonton tadi. "Bukan orang rimba yang membutuhkan kita, tapi kita yang membutuhkan mereka untuk keseimbangan". My God, sedih banget. Malu :(
Sudut pandang pengambilan gambarnya bener-bener pas sama kondisinya. Riri Riza emang keren banget kalo bikin film dengan latar alam.
Mungkin sekian aja sih review filn dari aku kali ini. Masih dalam tahap belajar. Pokoknya film ini recommended parah! I love it \o/
By the way, kalo aku udah selo, aku mau cari novelnya, yah. Nanti kalo udah selesai baca kureview jugak \m/
Vina Kanasya

Comments