Pasar

Nggak kaya biasanya, hari ini aku pergi ke pasar. Sebenernya aku nggak suka ke pasar. Trauma masa kecil --" aku benci pasar beserta aroma-aroma di dalamnya. Aku juga takut sama penjual-penjual yang gemes sama anak kecil. Tapi hari ini aku mau ga mau harus ke pasar karena aku butuh jepit rambut. Sekalian nemenin mbak pegawainya tanteku yang mau cari bahan untuk bikin sayur asem. Dan tiba-tiba aja muncul inspirasi buat nulis.



Aku ngamatin semua yang ada di pasar. Nggak, aku nggak mengamati buat tugas IPS kok --" aku amati muka-muka lelah dipagi hari. Nggak cuma muka-muka yang lelah, kadang aku juga mengamati barang dagangan mereka. Ada yang sudah hampir habis, ada yang baru laku 1/2, tapi ada juga yang masih belom laku samasekali. Aku cuma mengamati aja. Kira-kira, ada apa ya dibalik muka-muka lelah itu? Aku penasaran. Aku kepo. Tapi aku ga mungkin nanya ke mereka --" aku cuma nganalisa aja. Mereka lagi kerja di pasar ini. Mencari sesuap nasi untuk keluarganya. Mungkin ada yang sudah terjaga dari subuh buat mempersiapkan barang dagangannya. Kerja dari subuh sampe siang atau bahkan mungkin sore hanya untuk sesuap nasi. Di pasar nggak cuma ada penjual yang menjajakan barang dagangannya, tapi ada juga pengemis yang cuma bawa kaleng yang disodorkan kepada orang-orang yang ada di pasar. Di pasar ada penjual yang dengan ambisius menawarkan barang dagangannya, ada penjual yang lagi santai-santai di kios miliknya, ada yang lagi tawar menawar, ada yang lagi ngerapiin barang dagangannya, ada yang lagi motong ayam, lagi membersihkan barang dagangannya. Ada juga yang lagi membersihkan ikan, lagi nangkep lele, ada juga yang lagi bawa ayam hidup buat dijual, macem-macem lah pokoknya. Manusia yang ada di pasar juga banyak macemnya. Ada yang berbadan besar, berbadan kecil, kurus, gendut, tinggi, pendek, pokoknya macem-macem. Tua, muda, anak kecil, dewasa, mbak-mbak, mas-mas, ibuk-ibuk, bapak-bapak, om-om, tante-tante, tacik-tacik, pokoknya banyak lah. Di pasar ini juga ada yang beruntung, tapi ada juga yang kurang beruntung. Ada yang seneng, ada juga yang kurang bersemangat. Ada yang mukanya lusuh, ada juga yang ceria.
Kok kamu cuma nulis hasil pengamatanmu aja, Vin? Katanya dapet inspirasi?
Sabar --"
Gini, hidup itu kaya pasar. Banyak 'warna'nya. Ada usaha, kerja keras, tapi ada juga saatnya santai. Hidup juga ada untung dan sialnya. Iya ga? Pada intinya, hidup itu harus selalu berjalan apapun warnanya. Pasar, kalo ga tiap hari jalan, gimana kita bisa memenuhi kebutuhan? Sama kaya hidup. Gimanapun beratnya hidupmu, tetep harus dijalani. Life must go on. Semua perasaan tadi-lah yang mewarnai hidupmu. Positif maupun negatif, semuanya tetep saling melengkapi dan bikin hidup kita jadi berwarna. Nah, kalo hidupmu ga kamu jalani, gimana caranya kamu bisa mewarnai hidup orang lain? Gimana caranya kamu memberi warna pada kanvas kehidupan mereka? Kamu harus menjalani hidup biar bisa ikut memberi warna pada kanvas kehidupan orang lain. Bagaimana? Ya dengan warna-warna kehidupanmu. Dengan segala yang kamu punya.
Intinya: life must go on! :)

Comments