2017: Another Blessed Year



Warning: this post contains almost 4800 words, please take your time. Make sure that your stove is off.

2017 flies so fast, I can’t even catch the moments I’ve had during this year.

Dua pertanyaan yang menghantui jelang 2018: Siap menghadapi dunia kuliah yang lebih dinamis? Siap jadi orang yang lebih bertanggung jawab?

Helaaawwww

Yes ketemu lagi. Belom lama kemaren udah ngepost tulisan di blog, tanggal 22 Desember, judulnya College Life #2. Dan kali ini, seperti yang udah aku lakukan rutin setiap akhir tahun sejak 2013, aku akan merekap semua kejadian di tahun 2017 ini. Sejauh yang aku ingat, dan sejauh aku mendokumentasikannya di blog ini. (I hate my short term memory everytime I want to make kaleidoscope. Let’s start :D)


***

Januari 2017 adalah dimulainya semester terakhir di bangku SMA. Antara seneng sama sedih. Januari juga menjadi awal persiapan ujian sekolah, ujian praktek, UNBK, dan USBN. Yang terakhir itu yang paling kampret. Sebagai angkatan percobaan, kita harus ikhlas menghadapinya. There’s no other way to deal with it. USBN itu Ujian Sekolah Berstandar Nasional. Isinya adalah 3 mata pelajaran ciri khas jurusan ditambah PKN, Agama, sama Sejarah. Iya, nggak salah baca kok. PKN, Agama, sama Sejarah tiba-tiba jadi mata pelajaran yang diujiankan dan berstandar nasional.

Itu adalah tahun pertama tiba-tiba ada USBN. Tahun pertama juga UN cuma 4 mapel. Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, dan 1 mata pelajaran ciri khas pilihan. Ini adalah hal yang patut disyukuri dari pelaksanaan UN 2017. Setelah kampretnya USBN yang nggak ngerti kudu dipelajarin gimana karena baru tahun itu dilaksanakan. Buat lengkapnya, ini ada di postinganku yang judulnya “Ngikutin kata hati atau nurutin gengsi?” itu isinya kegalauanku mau milih antar fisika atau kimia wqwqwq.

Then here comes my favorite month: February. It’s my birthday :)))) Tahun 2017 sekolah ngasih kado yang nggak kalah spesial dan tidak terlupakan. Setelah tahun 2016 dikado praktek kerja lapangan, tahun ini dikado ujian praktek IPA yang jatuh tepat di hari ulang tahunku~ wkwkwk. Aku cerita cukup panjang tentang uprak di postingan “Ujian Praktek dan Waktu yang Tersisa”. Inti tulisan itu adalah I am blessed. Barusan aku baca ulang tulisan itu.......dan aku geli sendiri. Geli sekaligus rindu.

”Berapa hari ini kalo lagi bercandaan di kelas, aku suka tiba-tiba diem gitu. Nggak pengen momen kaya gitu terlewati dengan cepat. Kalo kita lagi bercandaan, lagi ketawa bareng-bareng gitu, rasanya waktu cepet banget berlalunya. Beda kalo misalnya kita lagi nungguin bel istirahat atau bel pulang, rasanya tu kaya lamaaa banget. Sekarang kalo udah bel pulang, atau udah jam 4 selesai tambahan, aku jadi mikir: satu hari lagi terlewati. Tinggal berapa hari bisa kaya gini? *kemudian mewek*” – Februari 2017

Di bulan Maret, kesibukan anak kelas 12 isinya cuma latihan ujian-bimbingan-repeat. Salah satu tulisan yang aku buat di bulan Maret judulnya “Selangkah Lagi Menuju Perpisahan”, itu aku dedikasikan untuk temen-temen XII IPA 1. Yang waktu itu rasanya nggak rela banget buat pisah dari mereka. Salah satu paragraf dari tulisan itu berbunyi:

“Sebenernya, ide awal tulisan ini adalah ketika ngobrol sama adek kelas. Mereka bilang kalo mereka bakal segera UTS, dan akan punya libur minimal seminggu karena kakak kelasnya ujian. Which is, artinya semakin dekat lagi menuju ujian nasional, dan artinya semakin dekat juga dengan yang namanya........perpisahan.” – Maret 2017

(ngomong-ngomong, apa kabar yang sekarang kelas 11 dan 12? Khususnya 12 nih. Last year you had your loooong holiday. Now it’s your turn to enjoy the exams :p)

Tulisan pertama di bulan Maret aku buat untuk temen-temen XII IPA 1, yang sampe hari ini pun masih punya ruang spesial di hati. I miss you a lot, guys :”) dan setelah aku baca ulang tulisan itu, I just found it that I wrote that a day before TPHBS. So smart lul :(

***

My 2nd post in March is not about my exams. It’s about @sayhivi.

Jadi udah nungguin banget acara namanya HiVi in Your Town yang diadakan dihari terakhir USBN. Kebahagiaan mana lagi yang kau dustakan. Jadi hari itu, setelah seluruh rangkaian USBN dan US berakhir, malemnya ketemu HiVi. Lengkapnya di tulisan “Main UNO Stacko Setelah USBN”.

Itu juga cerita tentang nekat mampir radio setelah pulang sekolah buat nemuin HiVi yang ladi di radio yang sejalan sama rumahku. Di situ ketemu banyak HiFriends, trus diajakin main UNO Stacko :”) jadi judul tulisannya karena memang literally aku main UNO Stacko habis USBN :)))

***

4 of 12

April 2017, 3 hari menjelang ujian nasional aku masih menyempatkan diri untuk bikin 1 tulisan yang aku kasih judul “Melesat Bagai Peluru”. It’s about how the time kills every moment into memories.

“Jujur, bukan takut sama ujian nasionalnya. Tapi, lebih takut sama apa yang akan terjadi setelahnya: perpisahan. Bukan pertemuan namanya kalo nggak ada perpisahan. Ada yang dipisahkan oleh keadaan, waktu, jarak, bahkan maut. Karena, nggak ada yang abadi di dunia ini.”

“Momentum tidak dapat dikejar. Momentum hadir. Begitu ia lewat ia tidak lagi sebuah momentum. Ia menjadi kenangan. Dan kenangan tidak akan membawa Anda kemana-mana. Kenangan adalah batu-batu di antara aliran sungai. Anda seharusnya menjadi arus bukan batu.” – Kesatria, Putri, & Bintang Jatuh, Dee Lestari

Sedih juga kalo diinget lagi :”) kita sekelas pernah sedekat dan sesayang itu satu sama lain. Sekarang semua udah tersebar, mengejar cita-cita, menggantungkan impian setinggi mungkin. Pernah melewati canda, tawa, tangis, dan amarah sama mereka. Dan yang terpenting, kita pernah sama-sama merajut mimpi bersama di bangku SMA. Pernah baca salah satu kutipan ini di internet:

“Sebelum sejauh matahar kita pernah sedekat nadi.” – unknown

***

Eh, ngomong-ngomong, aku baru inget. Bulan April 2017 itu aku ikut lomba baca puisi berkelompok. Lima anak kelas 12 pengangguran pasca UN dan 1 anak kelas 10. Itu ditawarin Dahlia, di hari terakhir UN. Dan jadilah ikut lomba yang diadakan oleh Sastra Indonesia USD. Latihannya kurang lebih cuma seminggu atau seminggu lebih gitu. Bareng Dahlia, Efma, Alma, Wastu, sama Bunga yang kelas 10. Kita bacain puisi “Nyanyian Angsa” karya W.S. Rendra. Kita dilatih sama Bu Desi sama Bu Indah.

Jadi pengalaman baru juga, apalagi aku belom pernah ikut lomba baca puisi. And beyond our expectations, we got the 1st place. Itu kaget banget, histeris, bahkan aku sampe nangis waktu denger pengumumannya karena nggak percaya. Rasanya kaya mimpi. Poin kami jauh meninggalkan juara 2 sama juara 3. Waktu itu mikirnya nggak dapet juara malah :”) Tapi Tuhan selalu punya rencana yang nggak terduga. Proses itu nggak akan mengkhianati hasillnya. Pun hasil nggak akan mengkhianati proses panjang di belakangnya.

Selain itu, kami juga tampil di malam puncak acara mereka. Deg-degan banget waktu itu wkwkwk. Yeah, it was a new experience for me. Paling nggak waktu itu nganggurku pasca UN produktif. Reward dari lombanya juga lumayan. Lumayan banget buat jajan. Yha. Wkwkwk. Sempet makan bareng juga untuk selebrasi. Nggak akan lupa :”)



***

5 of 12

Oke, postingan di bulan Mei yang judulnya There’s ‘good’ in Goodbye” itu bikinnya lama banget, bukan karena pake riset, tapi karena aku gampang terdistraksi. Dan itu juga terdiri dari banyak rangkuman cerita selama sebulan nggak nulis.

“Satu pertanyaan yang terus menghantui, yang udah jadi rahasia umum ketika perpisahan ada di depan mata, tapi, kenapa? Kenapa nggak ada momen yang bisa abadi, dan nggak ada cerita yang kekal? Kenapa semua yang berawal pasti memiliki akhir? Dan berbagai macam tanya yang lainnya. Semua akan hilang. Perlahan-lahan, waktu akan melahap semua momen tadi, dan hanya akan menyisakan kenangan akan hari yang dimaksud.”

Tulisan itu berawal dari sering dengerin salah satu original soundtrack Beauty & The Beast yang judulnya How Does A Moment Last Forever. Lagu itu dalem banget maknanya, apalagi kalo lagi bahas tentang akhir dari sesuatu. Kadang masih terasa sedihnya kalo denger lagu itu.

“Love is beauty, love is pure. Love pays no mind to desolation. It flows like a river through the soul.”

But somehow, even though the time kills moment into memories, but the time also the one that heals the pain. Ibarat obat yang pahit banget, tapi tetep harus diminum biar kita sembuh. Sama seperti waktu, meskipun membunuh, ia juga yang menyembuhkan.

Jadi inget salah satu postingannya temenku di Instagram beberapa waktu lalu. Lucu aja gitu, di postingannya dia buka kartu kalo selama kelas 12, kami sering diem-diem nyalain AC habis olah raga. Ini salah satu kenakalan masa SMA :))))

Jadi, XII IPA 1 itu kelasnya bekas lab bahasa, jadi kita adalah satu-satunya kelas yang punya AC. Meskipun udah pernah ditegur, tapi kita tetep aja selalu nyalain AC di hari Kamis, habis pelajaran olah raga. Ya mau gimana ya. Wkwkwkwk. Rejeki mah enggak kemana ya kan wkwkwk. Anak-anak kaya kita dikasih kelas ber-AC. Kelar.

Oiya, selain AC, karena bekas lab bahasa, kita juga satu-satunya kelas yang punya layar LCD. Layar yang putih itu. Paling nggak sampe pertengahan semester 1 sih, sebelum akhirnya layar itu dicuri diambil dari kelas kita, buat dipindah ke lab bahasa yang sebenarnya. Masih inget banget, waktu itu kita protes sama Mister Arko (guru Bahasa Inggris) waktu kita ke lab bahasa, dan beliau cuma jawab, “This thing doesn’t belong to your class.” (still found this very funny)

Satu lagi yang aku bahas di tulisan itu. EAD 2017 :))))

English Action Days 2017 pelaksanannya pas wisuda kelas 12, jadi Mister Arko nggak bisa mendampingi temen-temen yang lagi lomba waktu itu :( kalo EAD 2016 pelaksanannya waktu pengumuman kelulusan, jadi agak siangan Mister Arko bisa nyusul [still remember how he came to support us, it was very priceless and unforgettable :”) waaa baper lagi :( ].


13 Mei 2017, selesai acara wisuda, masih dengan riasan di wajah dan kebaya, aku dateng ke kampus. Bawahannya doang yang ganti jadi kulot (karena kalo ngga ganti gabisa dibonceng wkwk). Mamaku mau walking around, sementara aku mau nonton yang drama sebagai bentuk support. I became an anomali at that time. Gimana nggak, ketika semua panitia pake jaket almamater dan peserta lomba pake seragam, tiba-tiba muncul satu orang yang pake kebaya :)))) dan posisinya waktu itu anak SMA bukan, mahasiswa juga bukan wkwkwk.

*** 

Di bulan Mei, beberapa hari sebelum wisuda, XII IPA 1 bikin kejutan untuk wali kelas kita, Pak Icok. Kita ke rumah beliau, bawa beberapa kado hasil patungan. Emang nggak semua anak bisa ikut waktu itu, tapi yang ikut lumayan rame cukup lah buat ngajak tawuran. Kejutan kita cukup bikin heboh di rumah beliau saat itu. Wali kelas mana yang menyangka anak-anaknya bakal dateng ke rumah dan kasih kejutan kaya gitu? Itu juga sekalian jenguk anak beliau yang baru lahir, ya nggak baru juga sih sebenernya.

Dan selesai ngasih kejutan, kita malah ditraktir makan sama Pak Icok. Rejeki anak baik mah nggak kemana ye kan.



Penyakit Vina habis nulis adalah kemudian baper sendiri. Y vin y.

***

7 (almost 8) of 12

Jadi ceritanya, setelah bulan Mei, aku absen nulis hampir 3 bulan :)) Juni itu aku udah resmi lulus, tapi belom mahasiswa. Alias pengangguran. Tiap hari cuma sitting doing nothing dan menimbun lemak. Huft. Wkwkwk. Nah, akhirnya memutuskan buat liburan ke Pontianak, tempat nenek sama tante. Itu aja pake acara pesawat cancel yang bikin aku plengeh di airport :)) but I got the survival skill: how to solve the problem so I would be able to go home.

Ini bermula dari jadwal pesawatku yang harusnya jam 10, tapi di-reschedule jadi jam 2 siang. Mikirnya mungkin emang mau dijadiin satu sama jadwal pesawat yang lain. Singkat cerita, jam 12 aku udah di Bandara Adisutjipto, terminal B. Udah chek-in dan lain-lain, trus duduk manis di boarding room. Di tiket tertulis boarding time nya sekitar jam 13:20. Nah, kejanggalan dimulai ketika udah jam setengah 2 tapi masih belom ada panggilan sama sekali.

Itu masih tetep kontak-kontakan sama Mama, Papa, sama keluarga lain di grup keluarga besar Mama. FYI, itu juga pertama kalinya aku naik pesawat sendiri wkwkwk. Aku bilang kalo udah lewat waktu boarding tapi masih belom ada panggilan. Trus Mama sama keluarga yang lain nyuruh aku cari informasi, cari satpam, petugas atau apa aja. Akhirnya aku mulai nyari petugas. Ketemu lah sama satpam bandara, sama satu orang bapak yang juga lagi nanya.

“Langsung tanya ke maskapainya aja ya, Mbak,” gitu kata pak satpam.

Bapak tadi jalan ke pintu keluar. Aku agak mikir gitu mau keluar, mikirnya tar kalo mau masuk kan harus check-in, security check dll lagi, kan males. Tapi, itu udah jam 2, dan tiba-tiba informasi tentang pesawat ke Pontianak itu MENGHILANG. NAHLOH. Akhirnya aku membulatkan tekad buat keluar trus ke CS maskapai yang bersangkutan. Berarti kan ini emang ada yang nggak beres. Di luar, udah ada Bapak tadi sama satu mas-mas yang juga nanya. Si Bapak ngeliat aku, trus langsung bilang, “Pesawatnya cancel, Mbak.”

Kemudian aku cuma bisa plengeh.

“Oh, cancel ya pak? Trus gimana?” (dan aku baru menyadari betapa bodohnya pertanyaan itu. Okesip).

“Ini urus refund, Mbak.”

“Oh,oke Pak. Makasih ya.”

Apa banget kamu, Vin :)))) dan masalah berikutnya muncul: Vina gak tau cara urus refund dan gak tau kudu pulangnya gimana wkwkwk.

Aku baru mau nanya lagi ke CSnya dan tiba-tiba para penumpang lain mulai berdatangan. Ketika lautan penumpang (yang penuh emosi) itu datang, lagi-lagi aku cuma bisa plengeh. Aku cuma ngeliatin aja. Iya, tak liatin kaya orang ndak tau apa-apa wkwkwk. Aku nggak bisa merasakan kekesalan yang mereka rasakan, meskipun aku tau susahnya cari tiket murah jelang lebaran.

Trus aku putusin buat nelpon Papa, bilang kalo mau urus refund baru pulang, mungkin nyampe jam 3. Aku bilang mau pulang pake Trans Jogja. Ya tau lah ya kalo taksi online gabisa masuk airport...... Begonya, aku nggak minta form refund. Sumpah nggak tau harus ngapain waktu itu wkwkwk. Waktu udah mau jam 3an, aku baru minta. Akhirnya aku isi formnya itu, dan waktu ditanya CSnya, mau ditransfer atau cash, aku bilang transfer aja. Soalnya dibilang kalo cash nunggu lagi, bisa sampe jam 4-5. Bagiku yang udah kangen kasur karena capek banget ya milih minta transfer. Akhirnya di form itu aku tulis nama, nomor hape, sama nomor rekening. Percaya aja waktu itu.

“Ini udah kan ya, Mas?” (2nd stupid question)

“Iya Mbak, nanti saya kabarin kalo udah ditransfer ya.”
“Makasih Mas. Eh, trus bagasinya gimana?”
“Mbaknya ambil di tempat check-in tadi ya.”
Jadi aku masuk lagi, ambil bagasi. Mau ambil bagasi aja KTP sama tiket masih di cek, dan itu butuh perjuangan ekstra soalnya semua udah aku masukin dompet, untung bapaknya sabar wkwk.
Mungkin karena emang aku bukan termasuk pemudik, jadi nggak seberapa kesel sama kejadian itu. Dan selama nunggu itu aku cukup terhibur dengan pemandangan beberapa cowok tampan yang seger diliat cuma mikir, lucu aja, ketika aku akan naik pesawat sendiri njuk pesawatnya malah batal wkwk. Tapi ini adalah pelajaran yang nggak akan aku dapet di sekolah. Ya kali kan sekolah ngajarin gimana caranya mempertanyakan jadwal pesawat yang tiba-tiba hilang, cara refund uang tiket, sampe cara pulang ke rumah wkwkwk. Lesson learned.
Akhirnya, setelah ngurus refund dan ngambil bagasi, dan sempet pamit juga sama mas-mas yang juga nanya pas awal-awal, aku mulai jalan dari terminal B ke terminal A. And I misjudged the distance between them. Kampret, jebul jauh :( bawaanku juga lumayan, satu koper, satu tas ransel, sama satu tas oleh-oleh (yang isinya jamur kuping, ringan tapi makan tempat). Di sinilah diriku diuji wkwkwk. Jalan sendirian dari terminal B ke terminal A yang jebul jauh, dengan bawaan seperti itu wkwkwk.
Berulang kali ganti cara bawa sampe akhirnya tiba di terminal A. Setelah sampe terminal A, masih jalan lagi ke halte trans. Nggak jauh sebenernya buat ke halte, tapi udah capek wkwk. Sejujurnya aku menikmati aja, meskipun capek dan kerinduan pada kasur semakin menjadi wkwk. Sampe di halte, lalu aku ngos-ngosan :”) sampe dikomentarin petugasnya, “Nafas dulu, Mbak.”

 Dan setelah penantian panjangggggg akhirnya datanglah bis transnya. Aku masuk, dibantu bapak petugas masukin tas, trus duduk, dalam hati langsung bilang, “Finally. Puji Tuhan.” Setelah ini tinggal duduk, dan nunggu Transnya nyampe Kopma UGM, trus nunggu dijemput Papa, trus pulang ke rumah. Trus tidur. Akhirnya :”)
Guess what, aku baru nyampe rumah jam setengah 6 wkwkwk.
Itu salah satu pengalaman yang nggak akan aku dapet di manapun, nggak akan diajarin di sekolah manapun. It’s a survival skill. By the way, keputusanku buat minta uang tiketnya ditransfer itu diomelin wkwkwk. Kata Papa, kalo udah begini nggak bisa mengandalkan transfer, nggak tau akan ditransfer atau nggak. Tapi akhirnya uang itu ditransfer, dan lebih 200k dari harga tiket yang aku beli wkwkwk.
Kejadian itu dikomentarin Mama, “Vina sekalinya mau naik pesawat sendiri, eh pesawatnya malah batal.” *kemudian aku yang ngakak*
Meskipun nggak jadi berangkat di hari itu, tapi aku tetep berangkat ke Pontianak.........di hari H lebaran, pesawat jam 6 pagi, dengan harga tiket 600k :”) and so I spent 2 weeks in Pontianak. Selama di Pontianak: bangun-makan-pergi(makan)-pulang-mandi-tidur-repeat. Ada waktu-waktu tertentu kalo tidurnya di rumah tante, aku nonton film sama 2 sepupuku, atau main kartu, atau sitting playing gadget.
***
Nah, setelah pulang dari Pontianak, beberapa waktu setelahnya aku Insadha, Inisiasi Sanata Dharma. Aku sempet bikin tulisan tentang Insadha, tapi stuck and unpublished. Berhenti di 1266 kata. Gelo (nyesel) juga tulisan itu nggak bisa selesai dan dipublikasikan, karena selalu berpegang teguh pada pepatah Latin:
“Scripta manent, verba volant—yang terucap akan hilang, yang tertulis akan abadi.”
Bisa sih kalo aku mau lanjutin tulisan itu, tapi pasti feel-nya udah gaakan sama lagi, apalagi short term memory yang bikin ceritanya nggak urut. Sampe 2017 udah mau kelar ternyata tulisannya nggak bisa selesai. Atau mungkin tentang Insadha aku ceritain di sini aja secara singkat (singkatku agak beda sama yang lain sebenernya).
Insadha itu 3 hari. Ditambah satu hari malam inagurasi. Tapi, dinamika kita nggak berhenti di 3 hari itu. Jadi setelah 3 hari berdinamika disitu, kita punya tugas untuk bikin pensi yang bakal ditampilin di hari Inagurasi, trus nanti akan dipilih 3 pensi terbaik dari 22 kelompok untuk naik ke panggung malam Inagurasi.
Jujur aja, buat nyatuin kurang lebih banyak kepala yang semuanya punya ide sendiri itu gak gampang. Akhirnya jadilah satu konsep pensi yang menurutku keren banget. Meskipun butuh kerja ekstra, nggak cuma bikin capek fisik tapi juga capek mental (meski secapek-capeknya peserta masih lebih capek panitia), tapi overall puas banget sama pensinya. Meskipun berkali-kali clash satu sama lain, apalagi bagi orang-orang yang gak bisa diem dan (terlalu) peduli untuk ikut campur, itu bikin capek hati banget.

Dalam dinamika itu juga lebih belajar untuk jadi pemimpin yang baik, berhubung dipercaya untuk mengkoordinasi pembuatan properti. Ditambah di tim itu rata-rata baru kenal pas Insadha juga, so how I became a leader in that new circle. It’s challenging, fun, and also unforgettable. Some people say, you won’t know unless you try it by yourself. Untungnya punya temen-temen baru yang selalu support satu sama lain dan bisa diajak kerja sama. Kadang, selama dinamika malah sampe lupa kalo kita barusan kenal.
Dan, kerja keras selama kurang lebih 2 minggu itu terbayar lunas ketika kelompok 22 terpilih buat menampilkan pensi di panggung Inagurasi, 12 Agustus 2017. Sebenernya antara yakin sama nggak kalo konsep hasil diskusi panjang itu akan mengantarkan kita naik ke panggung. Once again, selalu percaya sama ungkapan kalo proses itu nggak akan mengkhianati hasillnya. Pun hasil nggak akan mengkhianati proses panjang di belakangnya.
Insadha sempet aku bahas singkat di tulisan “(Let) The Mask Falls Off”.



***

8 and 9 of 12
Bulan pertama jadi anak kuliah. 21 Agustus 2017. Akhirnya duduk lagi di kelas dan belajar. Bedanya, kali ini nggak pake seragam, dan nggak akan duduk di kelas dari jam 7 sampe jam 2. Sebenernya sebelum tanggal 21 udah sempet masuk buat first gathering semua anak 2017 di Ruang Koendjono, sekalian KRS sama DPA.
Seperti yang sudah diperkirakan, aku akan masuk kelas A. Kelas besar dan kelas kecilnya A. Yang di attendance list ada 28 anak, tapi kenyataannya kami ber-26. Aku sempet cerita tentang dunia perkuliahanku di postingan bulan November, “Random Thoughts during College Life”. Tapi di kaleidoskop ini, aku mau cerita tentang beberapa hal yang belom tersampaikan di tulisan itu.
(dan sampai di paragraf ini, ternyata jumlah katanya udah melebihi kaleidoskop 2016 ku wkwk)
Jadi, dari akhir Agustus sampe pertengahan September, aku banyak menghabiskan waktu di kampus buat berdinamika sama kelompok EWDku, Bartebad. Tiap kelompok didampingi 1 group leader (GL). Sosialisasi EWD waktu itu habis BRS. Ada 12 orang yang masuk dan mempraktekkan jingle EWD. Ternyata mereka adalah GL. Nah, waktu sosialisasi itu, aku liatin satu-satu GLnya. Dan ketika ngeliat salah satu dari mereka, dalam hati aku bilang, “Pokoknya aku mau sama yang itu!”
It turned out that he really became my group leader.
Orang yang waktu itu sangat menarik perhatianku waktu sosialisasi beneran jadi GL EWD kuuuu yeyeyeyeyey wkwkwkw. Dia adalah kak Wikie. Membahagiakan ketika apa yang kita ingini diam-diam bisa terwujud. Taunya dia jadi GLku adalah sehari sebelum first gathering EWD, aku dikontak sama kating yang bilang kalo dia GLku dan aku masuk kelompoknya dia. Waktu liat profile picture-nya kak Wikie, langsung ngeh kalo dia orang yang sama yang aku liat waktu sosialisasi :)))))
Dan kisah ini pun dimulai.
Dinamika demi dinamika kami lewati bersama. Ada Nosa, Jiksau, Visto, Ririh, Mas Buseng, Berti, Devi, Clara, Wina, Nikola, Suster Mikaela, Fayz, Dika, dan Galih. Lama-lama, ini bukan hanya sekedar kelompok EWD. We became new family. Setelah first gathering 25 Agustus 2017, acara berikutnya adalah expo UKP, 9 September 2017. Aku masih inget, buat nentuin kelompok mana yang bakal expo duluan itu pake game. Nah, waktu itu ada salah satu gamenya adalah nyusun barang apa aja, pokoknya yang paling panjang nanti menang dan bisa jalan. Setelah di 2 atau 3 game sebelumnya Bartebad kalah, kita berusaha di game yang ini.
Kita nyusun semuanya, sepatu, kaos kaki, tas, call card, sabuk, jaket, bahkan earphone sama charger hape, kabel data, semuanya wkwkwk. Awalnya sempet yakin menang, tapi trus tiba-tiba ada kelompok yang ngeluarin tali rafia. Udah hopeless, tapi ternyata, Bartebad punya gulungan tali rafia yang lebih panjang :))))) dan akhirnya, Bartebad berhasil menang wkwkwk. Waktu salah satu temenku ngeluarin gulungan itu, aku ngakak sampe jongkok, sampe berair mata saking lucunya hal itu buat aku. Apalagi buat aku yang selera humornya receh gini..... Tapi, kita langsung panik waktu panitia minta kita ngeberesin apa yang sudah dibuat. Yaampuun, itu kan panjanggg bangetttt wkwkwk. Untungnya kita berhasil, dan jadinya kita bisa jalan expo.
Pas expo ini, kita dikasih teka-teki buat menuju ke setiap ruangannya. Jawaban dari teka-teki itu adalah nama ruang yang harus kita tuju. Salah satu ruang yang bikin debat adalah ruang 43 yang terpisah dari ruang 41, 42, 44, 45, sama 46 yang ada di belakang aula. Sebenernya nggak tau juga kok ruangan 43 bisa terpisah jauh banget dari temen-temennya. (((temen-temennya))). Tapi aku tau ruangan itu, soalnya tiap Jumat selalu lewat. Ada di lantai 3 gedung PGSD. Jauh uga. Aku sering hampir telat kalo kelas hari Jumat. Meskipun jam 9, tapi kelasnya di lantai 3 :”).
Setelah expo UKP, minggu depannya adalah Pre-EWD 16 September 2017. Sebelum EWD di Wonogondang, 23-24 September 2017. Itu semua jadi hari-hari yang sangat berkesan dan unforgettable. Masih suka nggak percaya kalo itu semua udah kejadian, dan udah tertinggal di belakang. And all that we can do is just be grateful with those beautiful memories.

First gathering EWD 2017


Expo UKP


English Welcoming Days 2017
(pictures are taken by Documentashey of EWD 2017)

GL kesayangan Bartebad, kak Wikie (taken by: Nosa)

***

10 of 12
Oktober 2017 adalah saat aku pertama kalinya jadi panitia acara.  Ini acaranya PBI, Breaktime 2017. Kaya classmeeting gitu kalo di SMA. Dan di tahun ini, acaranya adalah lomba futsal dan art night dengan tema Tropical Party. Dalam kepanitiaan ini, aku jadi anggota di divisi Publikasi dan Dokumentasi. It’s my very first time, and I learned a lot. Berdinamika sama Saka Adjie, Sanin, kak Salsa, sama Mas Felix. I had so much fun with them :3

Dari kiri ke kanan: Mas Felix, Kak Salsa, Vina, Sanin, Adjie
Terima kasih kesempatannya untuk berkembang dan berdinamika bersama, Lur. Terima kasih sudah buat kepanitiaan pertamaku berkesan :”)
***
November(ain) <3 (11 of 12)
Di bulan November, Jogja sering ujan. Bikin aku tambah sering nyeker (baca: nggak pake sepatu), meskipun sebenernya mau ujan ataupun nggak aku tetep suka nyeker. Selain sering ujan, di bulan November aku cuma punya 1 tulisan, “Random Thoughts duringCollege Life”. Dan isinya memang random banget. 
“Aku percaya, ada berjuta alasan kenapa kita ada di tempat kita berada sekarang. Ada berjuta alasan kenapa seperti inilah hidup yang kita jalani. Dan aku yakin, alasan-alasan itu ada untuk membuat hidup kita semakin penuh dengan warna-warna baru.” – vin

Di tulisan itu aku cerita tentang bagaimana kehidupan kuliahku yang udah jalan 3 bulan. cerita lumayan banyak juga disitu, tentang beberapa hal dan pendapatku.
Bulan November juga jadi saat di mana aku ikut open recruitment untuk kepanitiaan acara PBI yang lain, English Action Days 2018. Beda dari Breaktime, kali ini aku daftar ke divisi lomba drama. Dari awal tau akan ada oprec udah yakin banget untuk daftar ke drama. Rasanya menyenangkan banget ketika di tahun 2016 aku sama temen-temen ikut lomba drama, dan ketika ada kesempatan, aku daftar ke divisi tersebut.
Di tahun 2017 bukan peserta sih, tapi ikut merasakan euforia nya EAD ketika dateng dan mendukung temen-temen lomba drama. Ikut bahagia ketika Stero dapet juara 3 drama, MVP drama, sama juara 3 writing. Euforia EAD selalu menyenangkan dan terkenang.
Kok Breaktime pilih pubdok, EAD pilih drama, Vin?
Bukan karena aku belom tau jati diriku dan masih mencari. Tapi karena aku tau apa yang mau aku lakukan. I know exactly what I want. Kenapa pubdok? Karena aku mau mencoba mempraktekkan skill yang aku punya, dan terus belajar sama temen lain yang udah lebih expert. Kenapa drama? Ini yang aku mau dari dulu. Aku pernah ngomong sama diriku sendiri, “Nanti kalo masuk PBI, EAD pengen deh jadi panitia divisi drama.”
***
Finally, 12 of 12
Here we are now, in the end of 2017.
Tumben-tumben aku bisa punya 2 tulisan dalam satu bulan. Desember ini punya 1 tulisan, dan akan segera menjadi 2 dengan adanya kaleidoskop ini. Yang pertama “College Life #2”, dan yang kedua adalah kaleidoskop 2017. Yang total editing timenya hampir 18 jam.
Di College Life #2 aku cerita tentang kelasku di PBI. @ciliktenan. Rasanya beruntung banget punya mereka. Terima kasih Tuhan, semester satuku asyik <3 baca lengkapnya di College Life #2 aja ya wkwk, nanti tulisan ini tambah nggak selesai.

Buat apa sih Vin kamu nulis ini?
Aku juga nggak tau jawabannya. Seneng aja kalo bisa melihat perjalananku setahun kemaren, meniti kembali apa aja yang udah aku lewati setahun ke belakang, dan hal apa yang bisa aku perbaiki untuk kedepannya. Tulisan ini setahun dari sekarang akan jadi sesuatu yang beda. Sama kaya waktu aku baca kaleidoskop 2016 kemaren. Tahun lalu waktu nulis itu mah b aja. Tapi waktu kaleidoskop itu aku baca sekarang, tulisan itu menjadi ‘mesin waktu’.
Pengalaman-pengalaman yang aku punya aku tulis di blog ini untuk aku bagikan ke orang lain. Dengan harapan, minimal ada yang baca trus bisa mikir “Oh iya ya, jangan sampe sebuah rintangan menghentikanku,” seperti apa yang aku tulis di tulisan kemaren.
Ngomong-ngomong, sampe di paragraf ini ternyata aku udah mencapai 4,450 kata. Selalu nggak terasa kalo udah nulis sesuatu, berbagi, dan semoga apa yang dibagikan menginspirasi. Oh, dan btw, nanti di 2018 blog ini akan merayakan ulang tahunnya yang ke-7. Sedih juga kalo dipikir, dari tahun ke tahun tulisan cuma segitu-segitu. Tapi semoga kualitas tulisannya membaik. Seiring bertambahnya umur juga...........
Harapan di 2018 nggak akan jauh beda dari harapan 2017. Pasang target untuk diri sendiri, dan selalu berusaha realistis juga sama keadaan yang dinamis. Di 2018 akan mewujudkan resolusi 2017 yang belom terwujud, apapun itu.
Dua pertanyaan yang menghantui jelang 2018: Siap menghadapi dunia kuliah yang lebih dinamis? Siap jadi orang yang lebih bertanggung jawab?

Dunia kuliah akan semakin dinamis. Aku akan segera memasuki semester 2 di PBI. Nggak kerasa, rasanya baru kemaren masuk kuliah perdana. Tiba-tiba sebulan lagi udah KRS BRS lagi. Dunia kuliah juga nggak cuma tentang nilai di kelas. Tapi tentang bagaimana kita menjalin relasi dengan banyak orang. Berteman dengan siapa saja. Tapi seperti yang pernah aku tulis sebelumnya:
“Mau sebaik apapun kita berperilaku, mau kita berusaha sekeras apapun untuk jadi orang baik, tetep bakalan ada orang yang nggak suka sama kita. Yakin deh. Mbok ya orang sebaik apapun di muka bumi ini, pasti ada yang nggak suka. One more note: People’s judgement doesn’t define you. It defines their attitude.”
It’s life, dude. Full of drama, full of fake people. Before you judge that someone’s fake, make sure that you’re not one of them.
Tanggung jawab?
Adalah fakta yang nggak bisa terhindarkan juga kalo semakin ke sini tanggung jawabku juga semakin besar. Ini udah bukan saatnya main-main. Apa yang aku omongkan, harus bisa aku buktikan juga. Responsibility.
Sampai di paragraf ke sekian ini, sekarang pengen banget minta maaf. Minta maaf ke semua pihak yang pernah tersakiti/tersinggung/terlukai  dengan perilaku ku. Baik sengaja ataupun nggak, kalo aku pernah ada bikin salah, mohon dimaafkan. Ini jadi pelajaran juga buat aku. Harus kontrol omongan.
“Be sure to taste your words before you spit them out.” – Auliq Ice
Ini self noted juga untuk diriku sendiri. Aku sadar kadang masih suka asal ceplas-ceplos, dan langsung menyesal di detik berikutnya.
“Be careful with your words. Once they are said, they can be only forgiven, not forgotten.”
Jangan sampe kemakan omongan sendiri *self noted*.
***
Before I close this post, I’d like to say...


Cheers,
Vina Kanasya
Yogyakarta, 29 Desember 2017
21:39
-terima kasih buat semua yang sudah mau baca sampai selesai. Terima kasih sudah menyisihkan waktu untuk membaca hampir kurang lebih 4800 kata tentang tahun ini. May your life full of happiness and blessings <3-

Comments

  1. Nikmati waktumu selama di PBI karena nanti di semester atas, kamu akan menemukan satu kerinduan yang hakiki.

    Welcome to the real jungle :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sekarang lagi happy2nya nih kak wkwkwk. Soon I'll experience the real jungle ;)

      Delete

Post a Comment