2017: Another Blessed Year
Warning: this post contains almost 4800 words,
please take your time. Make sure that your stove is off.
Helaaawwww
Yes ketemu lagi.
Belom lama kemaren udah ngepost tulisan di blog, tanggal 22 Desember, judulnya
College Life #2. Dan kali ini, seperti yang udah aku lakukan rutin setiap akhir
tahun sejak 2013, aku akan merekap semua kejadian di tahun 2017 ini. Sejauh
yang aku ingat, dan sejauh aku mendokumentasikannya di blog ini. (I hate my short term memory everytime I
want to make kaleidoscope. Let’s
start :D)
***
Januari 2017
adalah dimulainya semester terakhir di bangku SMA. Antara seneng sama sedih.
Januari juga menjadi awal persiapan ujian sekolah, ujian praktek, UNBK, dan
USBN. Yang terakhir itu yang paling kampret. Sebagai angkatan percobaan, kita
harus ikhlas menghadapinya. There’s no
other way to deal with it. USBN itu Ujian Sekolah Berstandar Nasional.
Isinya adalah 3 mata pelajaran ciri khas jurusan ditambah PKN, Agama, sama
Sejarah. Iya, nggak salah baca kok. PKN, Agama, sama Sejarah tiba-tiba jadi
mata pelajaran yang diujiankan dan berstandar nasional.
Itu adalah tahun
pertama tiba-tiba ada USBN. Tahun pertama juga UN cuma 4 mapel. Bahasa
Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, dan 1 mata pelajaran ciri khas pilihan.
Ini adalah hal yang patut disyukuri dari pelaksanaan UN 2017. Setelah
kampretnya USBN yang nggak ngerti kudu dipelajarin gimana karena baru tahun itu
dilaksanakan. Buat lengkapnya, ini ada di postinganku yang judulnya “Ngikutin kata hati atau nurutin gengsi?” itu isinya kegalauanku mau milih antar fisika
atau kimia wqwqwq.
Then here comes my favorite month: February. It’s
my birthday :)))) Tahun
2017 sekolah ngasih kado yang nggak kalah spesial dan tidak terlupakan. Setelah
tahun 2016 dikado praktek kerja lapangan, tahun ini dikado ujian praktek IPA
yang jatuh tepat di hari ulang tahunku~ wkwkwk. Aku cerita cukup panjang
tentang uprak di postingan “Ujian Praktek dan Waktu yang Tersisa”. Inti tulisan
itu adalah I am blessed. Barusan aku
baca ulang tulisan itu.......dan aku geli sendiri. Geli sekaligus rindu.
”Berapa hari ini kalo lagi bercandaan di kelas,
aku suka tiba-tiba diem gitu. Nggak pengen momen kaya gitu terlewati dengan
cepat. Kalo kita lagi bercandaan, lagi ketawa bareng-bareng gitu, rasanya waktu
cepet banget berlalunya. Beda kalo misalnya kita lagi nungguin bel istirahat
atau bel pulang, rasanya tu kaya lamaaa banget. Sekarang kalo udah bel pulang,
atau udah jam 4 selesai tambahan, aku jadi mikir: satu hari lagi terlewati.
Tinggal berapa hari bisa kaya gini? *kemudian mewek*” – Februari 2017
Di bulan Maret,
kesibukan anak kelas 12 isinya cuma latihan ujian-bimbingan-repeat. Salah satu
tulisan yang aku buat di bulan Maret judulnya “Selangkah Lagi Menuju Perpisahan”, itu aku dedikasikan untuk temen-temen XII IPA 1. Yang waktu itu
rasanya nggak rela banget buat pisah dari mereka. Salah satu paragraf dari
tulisan itu berbunyi:
“Sebenernya, ide awal tulisan ini adalah ketika
ngobrol sama adek kelas. Mereka bilang kalo mereka bakal segera UTS, dan akan
punya libur minimal seminggu karena kakak kelasnya ujian. Which is, artinya
semakin dekat lagi menuju ujian nasional, dan artinya semakin dekat juga dengan
yang namanya........perpisahan.” – Maret 2017
(ngomong-ngomong,
apa kabar yang sekarang kelas 11 dan 12? Khususnya 12 nih. Last year you had your loooong holiday. Now it’s your turn to enjoy the
exams :p)
Tulisan pertama
di bulan Maret aku buat untuk temen-temen XII IPA 1, yang sampe hari ini pun
masih punya ruang spesial di hati. I miss
you a lot, guys :”) dan setelah aku baca ulang tulisan itu, I just found it that I wrote that a day
before TPHBS. So smart lul :(
***
My 2nd post in March is not about my exams. It’s
about @sayhivi.
Jadi udah
nungguin banget acara namanya HiVi in
Your Town yang diadakan dihari terakhir USBN. Kebahagiaan mana lagi yang
kau dustakan. Jadi hari itu, setelah seluruh rangkaian USBN dan US berakhir,
malemnya ketemu HiVi. Lengkapnya di tulisan “Main UNO Stacko Setelah USBN”.
Itu juga cerita
tentang nekat mampir radio setelah pulang sekolah buat nemuin HiVi yang ladi di
radio yang sejalan sama rumahku. Di situ ketemu banyak HiFriends, trus diajakin
main UNO Stacko :”) jadi judul tulisannya karena memang literally aku main UNO Stacko habis USBN :)))
***
4 of 12
April 2017, 3
hari menjelang ujian nasional aku masih menyempatkan diri untuk bikin 1 tulisan
yang aku kasih judul “Melesat Bagai Peluru”. It’s about how the time kills every moment into memories.
“Jujur, bukan takut sama ujian nasionalnya. Tapi,
lebih takut sama apa yang akan terjadi setelahnya: perpisahan. Bukan pertemuan
namanya kalo nggak ada perpisahan. Ada yang dipisahkan oleh keadaan, waktu,
jarak, bahkan maut. Karena, nggak ada yang abadi di dunia ini.”
“Momentum tidak dapat
dikejar. Momentum hadir. Begitu ia lewat ia tidak lagi sebuah momentum. Ia
menjadi kenangan. Dan kenangan tidak akan membawa Anda kemana-mana. Kenangan
adalah batu-batu di antara aliran sungai. Anda seharusnya menjadi arus bukan
batu.” – Kesatria, Putri, & Bintang Jatuh, Dee Lestari
Sedih juga kalo
diinget lagi :”) kita sekelas pernah sedekat dan sesayang itu satu sama lain.
Sekarang semua udah tersebar, mengejar cita-cita, menggantungkan impian
setinggi mungkin. Pernah melewati canda, tawa, tangis, dan amarah sama mereka.
Dan yang terpenting, kita pernah sama-sama merajut mimpi bersama di bangku SMA.
Pernah baca salah satu kutipan ini di internet:
“Sebelum sejauh matahar kita pernah sedekat nadi.”
– unknown
***
Eh,
ngomong-ngomong, aku baru inget. Bulan April 2017 itu aku ikut lomba baca puisi
berkelompok. Lima anak kelas 12 pengangguran pasca UN dan 1 anak kelas 10. Itu
ditawarin Dahlia, di hari terakhir UN. Dan jadilah ikut lomba yang diadakan
oleh Sastra Indonesia USD. Latihannya kurang lebih cuma seminggu atau seminggu
lebih gitu. Bareng Dahlia, Efma, Alma, Wastu, sama Bunga yang kelas 10. Kita
bacain puisi “Nyanyian Angsa” karya W.S. Rendra. Kita dilatih sama Bu Desi sama
Bu Indah.
Jadi pengalaman
baru juga, apalagi aku belom pernah ikut lomba baca puisi. And beyond our expectations, we got the 1st place. Itu kaget
banget, histeris, bahkan aku sampe nangis waktu denger pengumumannya karena
nggak percaya. Rasanya kaya mimpi. Poin kami jauh meninggalkan juara 2 sama
juara 3. Waktu itu mikirnya nggak dapet juara malah :”) Tapi Tuhan selalu punya
rencana yang nggak terduga. Proses itu nggak akan mengkhianati hasillnya. Pun
hasil nggak akan mengkhianati proses panjang di belakangnya.
Selain itu, kami
juga tampil di malam puncak acara mereka. Deg-degan banget waktu itu wkwkwk. Yeah, it was a new experience for me.
Paling nggak waktu itu nganggurku pasca UN produktif. Reward dari lombanya juga lumayan. Lumayan banget buat jajan. Yha.
Wkwkwk. Sempet makan bareng juga untuk selebrasi. Nggak akan lupa :”)
***
5 of 12
Oke, postingan di
bulan Mei yang judulnya “There’s ‘good’ in Goodbye” itu bikinnya lama banget, bukan karena pake riset,
tapi karena aku gampang terdistraksi. Dan itu juga terdiri dari banyak
rangkuman cerita selama sebulan nggak nulis.
“Satu pertanyaan yang terus menghantui, yang udah
jadi rahasia umum ketika perpisahan ada di depan mata, tapi, kenapa? Kenapa
nggak ada momen yang bisa abadi, dan nggak ada cerita yang kekal? Kenapa semua
yang berawal pasti memiliki akhir? Dan berbagai macam tanya yang lainnya. Semua
akan hilang. Perlahan-lahan, waktu akan melahap semua momen tadi, dan hanya
akan menyisakan kenangan akan hari yang dimaksud.”
Tulisan itu
berawal dari sering dengerin salah satu original
soundtrack Beauty & The Beast yang judulnya How Does A Moment Last Forever. Lagu itu dalem banget maknanya,
apalagi kalo lagi bahas tentang akhir dari sesuatu. Kadang masih terasa sedihnya
kalo denger lagu itu.
“Love is beauty, love is pure. Love pays no mind
to desolation. It flows like a river through the soul.”
But somehow, even though the time kills moment
into memories, but the time also the one that heals the pain. Ibarat obat yang pahit banget, tapi tetep
harus diminum biar kita sembuh. Sama seperti waktu, meskipun membunuh, ia juga
yang menyembuhkan.
Jadi inget salah
satu postingannya temenku di Instagram beberapa waktu lalu. Lucu aja gitu, di
postingannya dia buka kartu kalo selama kelas 12, kami sering diem-diem nyalain
AC habis olah raga. Ini salah satu kenakalan masa SMA :))))
Jadi, XII IPA 1
itu kelasnya bekas lab bahasa, jadi kita adalah satu-satunya kelas yang punya
AC. Meskipun udah pernah ditegur, tapi kita tetep aja selalu nyalain AC di hari
Kamis, habis pelajaran olah raga. Ya mau gimana ya. Wkwkwkwk. Rejeki mah enggak
kemana ya kan wkwkwk. Anak-anak kaya kita dikasih kelas ber-AC. Kelar.
Oiya, selain AC,
karena bekas lab bahasa, kita juga satu-satunya kelas yang punya layar LCD.
Layar yang putih itu. Paling nggak sampe pertengahan semester 1 sih, sebelum
akhirnya layar itu dicuri diambil dari kelas kita, buat dipindah ke lab
bahasa yang sebenarnya. Masih inget banget, waktu itu kita protes sama Mister
Arko (guru Bahasa Inggris) waktu kita ke lab bahasa, dan beliau cuma jawab, “This thing doesn’t belong to your class.”
(still found this very funny)
Satu lagi yang
aku bahas di tulisan itu. EAD 2017 :))))
English Action
Days 2017 pelaksanannya pas wisuda kelas 12, jadi Mister Arko nggak bisa
mendampingi temen-temen yang lagi lomba waktu itu :( kalo EAD 2016
pelaksanannya waktu pengumuman kelulusan, jadi agak siangan Mister Arko bisa
nyusul [still remember how he came to support
us, it was very priceless and unforgettable :”) waaa baper lagi :( ].
Baca juga: Satu Paket Kerinduan dengan Cinta
13 Mei 2017,
selesai acara wisuda, masih dengan riasan di wajah dan kebaya, aku dateng ke
kampus. Bawahannya doang yang ganti jadi kulot (karena kalo ngga ganti gabisa
dibonceng wkwk). Mamaku mau walking
around, sementara aku mau nonton yang drama sebagai bentuk support. I became an anomali at that time. Gimana nggak, ketika semua
panitia pake jaket almamater dan peserta lomba pake seragam, tiba-tiba muncul
satu orang yang pake kebaya :)))) dan posisinya waktu itu anak SMA bukan,
mahasiswa juga bukan wkwkwk.
***
Di bulan Mei,
beberapa hari sebelum wisuda, XII IPA 1 bikin kejutan untuk wali kelas kita,
Pak Icok. Kita ke rumah beliau, bawa beberapa kado hasil patungan. Emang nggak
semua anak bisa ikut waktu itu, tapi yang ikut lumayan rame cukup lah buat
ngajak tawuran. Kejutan kita cukup bikin heboh di rumah beliau saat itu. Wali
kelas mana yang menyangka anak-anaknya bakal dateng ke rumah dan kasih kejutan
kaya gitu? Itu juga sekalian jenguk anak beliau yang baru lahir, ya nggak baru
juga sih sebenernya.
Dan selesai
ngasih kejutan, kita malah ditraktir makan sama Pak Icok. Rejeki anak baik mah
nggak kemana ye kan.
Penyakit Vina habis nulis adalah kemudian baper
sendiri. Y vin y.
***
7 (almost 8) of 12
Jadi ceritanya, setelah
bulan Mei, aku absen nulis hampir 3 bulan :)) Juni itu aku udah resmi lulus,
tapi belom mahasiswa. Alias pengangguran. Tiap hari cuma sitting doing nothing dan menimbun lemak. Huft. Wkwkwk. Nah,
akhirnya memutuskan buat liburan ke Pontianak, tempat nenek sama tante. Itu aja
pake acara pesawat cancel yang bikin
aku plengeh di airport :)) but I got the survival skill: how to solve
the problem so I would be able to go home.
Ini bermula dari
jadwal pesawatku yang harusnya jam 10, tapi di-reschedule jadi jam 2 siang. Mikirnya mungkin emang mau dijadiin
satu sama jadwal pesawat yang lain. Singkat cerita, jam 12 aku udah di Bandara
Adisutjipto, terminal B. Udah chek-in
dan lain-lain, trus duduk manis di boarding
room. Di tiket tertulis boarding time
nya sekitar jam 13:20. Nah, kejanggalan dimulai ketika udah jam setengah 2 tapi
masih belom ada panggilan sama sekali.
Itu masih tetep
kontak-kontakan sama Mama, Papa, sama keluarga lain di grup keluarga besar
Mama. FYI, itu juga pertama kalinya aku naik pesawat sendiri wkwkwk. Aku bilang
kalo udah lewat waktu boarding tapi
masih belom ada panggilan. Trus Mama sama keluarga yang lain nyuruh aku cari
informasi, cari satpam, petugas atau apa aja. Akhirnya aku mulai nyari petugas.
Ketemu lah sama satpam bandara, sama satu orang bapak yang juga lagi nanya.
“Langsung tanya
ke maskapainya aja ya, Mbak,” gitu kata pak satpam.
Bapak tadi jalan
ke pintu keluar. Aku agak mikir gitu mau keluar, mikirnya tar kalo mau masuk
kan harus check-in, security check dll
lagi, kan males. Tapi, itu udah jam 2, dan tiba-tiba informasi tentang pesawat
ke Pontianak itu MENGHILANG. NAHLOH. Akhirnya aku membulatkan tekad buat keluar
trus ke CS maskapai yang bersangkutan. Berarti kan ini emang ada yang nggak
beres. Di luar, udah ada Bapak tadi sama satu mas-mas yang juga nanya. Si Bapak
ngeliat aku, trus langsung bilang, “Pesawatnya cancel, Mbak.”
Kemudian aku cuma
bisa plengeh.
“Oh, cancel ya pak? Trus gimana?” (dan aku
baru menyadari betapa bodohnya pertanyaan itu. Okesip).
“Ini urus refund, Mbak.”
“Oh,oke Pak.
Makasih ya.”
Apa banget kamu,
Vin :)))) dan masalah berikutnya muncul: Vina gak tau cara urus refund dan gak
tau kudu pulangnya gimana wkwkwk.
Aku baru mau
nanya lagi ke CSnya dan tiba-tiba para penumpang lain mulai berdatangan. Ketika
lautan penumpang (yang penuh emosi) itu datang, lagi-lagi aku cuma bisa
plengeh. Aku cuma ngeliatin aja. Iya, tak liatin kaya orang ndak tau apa-apa
wkwkwk. Aku nggak bisa merasakan kekesalan yang mereka rasakan, meskipun aku
tau susahnya cari tiket murah jelang lebaran.
Trus aku putusin
buat nelpon Papa, bilang kalo mau urus refund
baru pulang, mungkin nyampe jam 3. Aku bilang mau pulang pake Trans Jogja. Ya
tau lah ya kalo taksi online gabisa masuk airport...... Begonya, aku nggak
minta form refund. Sumpah nggak tau harus
ngapain waktu itu wkwkwk. Waktu udah mau jam 3an, aku baru minta. Akhirnya aku
isi formnya itu, dan waktu ditanya CSnya, mau ditransfer atau cash, aku bilang transfer aja. Soalnya
dibilang kalo cash nunggu lagi, bisa
sampe jam 4-5. Bagiku yang udah kangen kasur karena capek banget ya milih minta
transfer. Akhirnya di form itu aku tulis nama, nomor hape, sama nomor rekening.
Percaya aja waktu itu.
“Ini udah kan ya,
Mas?” (2nd stupid question)
“Iya Mbak, nanti saya kabarin kalo udah ditransfer ya.”
“Makasih Mas. Eh, trus bagasinya gimana?”
“Mbaknya ambil di tempat check-in
tadi ya.”
Jadi aku masuk lagi, ambil bagasi. Mau ambil bagasi aja KTP sama tiket
masih di cek, dan itu butuh perjuangan ekstra soalnya semua udah aku masukin
dompet, untung bapaknya sabar wkwk.
Mungkin karena emang aku bukan termasuk pemudik, jadi nggak seberapa kesel
sama kejadian itu. Dan selama nunggu itu aku cukup terhibur dengan
pemandangan beberapa cowok tampan yang seger diliat cuma mikir, lucu aja,
ketika aku akan naik pesawat sendiri njuk pesawatnya malah batal wkwk. Tapi ini
adalah pelajaran yang nggak akan aku dapet di sekolah. Ya kali kan sekolah
ngajarin gimana caranya mempertanyakan jadwal pesawat yang tiba-tiba hilang,
cara refund uang tiket, sampe cara
pulang ke rumah wkwkwk. Lesson learned.
Akhirnya, setelah ngurus refund
dan ngambil bagasi, dan sempet pamit juga sama mas-mas yang juga nanya pas
awal-awal, aku mulai jalan dari terminal B ke terminal A. And I misjudged the distance between them. Kampret, jebul jauh :( bawaanku
juga lumayan, satu koper, satu tas ransel, sama satu tas oleh-oleh (yang isinya
jamur kuping, ringan tapi makan tempat). Di sinilah diriku diuji wkwkwk. Jalan sendirian
dari terminal B ke terminal A yang jebul jauh, dengan bawaan seperti itu
wkwkwk.
Berulang kali ganti cara bawa sampe akhirnya tiba di terminal A. Setelah
sampe terminal A, masih jalan lagi ke halte trans. Nggak jauh sebenernya buat
ke halte, tapi udah capek wkwk. Sejujurnya aku menikmati aja, meskipun capek
dan kerinduan pada kasur semakin menjadi wkwk. Sampe di halte, lalu aku ngos-ngosan
:”) sampe dikomentarin petugasnya, “Nafas dulu, Mbak.”
Dan setelah penantian panjangggggg akhirnya datanglah bis transnya. Aku
masuk, dibantu bapak petugas masukin tas, trus duduk, dalam hati langsung
bilang, “Finally. Puji Tuhan.”
Setelah ini tinggal duduk, dan nunggu Transnya nyampe Kopma UGM, trus nunggu
dijemput Papa, trus pulang ke rumah. Trus tidur. Akhirnya :”)
Guess what, aku baru nyampe rumah jam setengah 6
wkwkwk.
Itu salah satu pengalaman yang nggak akan aku dapet di manapun, nggak akan
diajarin di sekolah manapun. It’s a
survival skill. By the way,
keputusanku buat minta uang tiketnya ditransfer itu diomelin wkwkwk. Kata Papa,
kalo udah begini nggak bisa mengandalkan transfer, nggak tau akan ditransfer
atau nggak. Tapi akhirnya uang itu ditransfer, dan lebih 200k dari harga tiket
yang aku beli wkwkwk.
Kejadian itu dikomentarin Mama, “Vina sekalinya mau naik pesawat sendiri,
eh pesawatnya malah batal.” *kemudian aku yang ngakak*
Meskipun nggak jadi berangkat di hari itu, tapi aku tetep berangkat ke
Pontianak.........di hari H lebaran, pesawat jam 6 pagi, dengan harga tiket
600k :”) and so I spent 2 weeks in
Pontianak. Selama di Pontianak: bangun-makan-pergi(makan)-pulang-mandi-tidur-repeat.
Ada waktu-waktu tertentu kalo tidurnya di rumah tante, aku nonton film sama 2
sepupuku, atau main kartu, atau sitting
playing gadget.
***
Nah, setelah pulang dari Pontianak, beberapa waktu setelahnya aku Insadha,
Inisiasi Sanata Dharma. Aku sempet bikin tulisan tentang Insadha, tapi stuck and unpublished. Berhenti di 1266
kata. Gelo (nyesel) juga tulisan itu nggak bisa selesai dan dipublikasikan,
karena selalu berpegang teguh pada pepatah Latin:
“Scripta manent, verba
volant—yang terucap akan hilang, yang tertulis akan abadi.”
Bisa sih kalo aku mau lanjutin tulisan itu, tapi pasti feel-nya udah gaakan sama lagi, apalagi short term memory yang bikin ceritanya nggak urut. Sampe 2017 udah
mau kelar ternyata tulisannya nggak bisa selesai. Atau mungkin tentang Insadha
aku ceritain di sini aja secara singkat (singkatku agak beda sama yang lain
sebenernya).
Insadha itu 3 hari. Ditambah satu hari malam inagurasi. Tapi, dinamika kita
nggak berhenti di 3 hari itu. Jadi setelah 3 hari berdinamika disitu, kita
punya tugas untuk bikin pensi yang bakal ditampilin di hari Inagurasi, trus
nanti akan dipilih 3 pensi terbaik dari 22 kelompok untuk naik ke panggung
malam Inagurasi.
Jujur aja, buat nyatuin kurang lebih banyak kepala yang semuanya punya ide
sendiri itu gak gampang. Akhirnya jadilah satu konsep pensi yang menurutku
keren banget. Meskipun butuh kerja ekstra, nggak cuma bikin capek fisik tapi
juga capek mental (meski secapek-capeknya peserta masih lebih capek panitia),
tapi overall puas banget sama
pensinya. Meskipun berkali-kali clash
satu sama lain, apalagi bagi orang-orang yang gak bisa diem dan (terlalu)
peduli untuk ikut campur, itu bikin capek hati banget.
Dalam dinamika itu juga lebih belajar untuk jadi pemimpin yang baik,
berhubung dipercaya untuk mengkoordinasi pembuatan properti. Ditambah di tim
itu rata-rata baru kenal pas Insadha juga, so
how I became a leader in that new circle. It’s challenging, fun, and also
unforgettable. Some people say, you won’t know unless you try it by yourself.
Untungnya punya temen-temen baru yang selalu support satu sama lain dan bisa
diajak kerja sama. Kadang, selama dinamika malah sampe lupa kalo kita barusan
kenal.
Dan, kerja keras selama kurang lebih 2 minggu itu terbayar lunas ketika
kelompok 22 terpilih buat menampilkan pensi di panggung Inagurasi, 12 Agustus
2017. Sebenernya antara yakin sama nggak kalo konsep hasil diskusi panjang itu
akan mengantarkan kita naik ke panggung. Once
again, selalu percaya sama ungkapan kalo proses itu nggak akan mengkhianati
hasillnya. Pun hasil nggak akan mengkhianati proses panjang di belakangnya.
***
8 and 9 of 12
Bulan pertama jadi anak kuliah. 21 Agustus 2017. Akhirnya duduk lagi di
kelas dan belajar. Bedanya, kali ini nggak pake seragam, dan nggak akan duduk
di kelas dari jam 7 sampe jam 2. Sebenernya sebelum tanggal 21 udah sempet
masuk buat first gathering semua anak 2017 di Ruang Koendjono, sekalian KRS
sama DPA.
Seperti yang sudah diperkirakan, aku akan masuk kelas A. Kelas besar dan
kelas kecilnya A. Yang di attendance list
ada 28 anak, tapi kenyataannya kami ber-26. Aku sempet cerita tentang dunia
perkuliahanku di postingan bulan November, “Random Thoughts during College
Life”. Tapi di kaleidoskop ini, aku mau cerita tentang beberapa hal yang belom
tersampaikan di tulisan itu.
(dan sampai di paragraf ini,
ternyata jumlah katanya udah melebihi kaleidoskop 2016 ku wkwk)
Jadi, dari akhir Agustus sampe pertengahan September, aku banyak
menghabiskan waktu di kampus buat berdinamika sama kelompok EWDku, Bartebad. Tiap
kelompok didampingi 1 group leader (GL).
Sosialisasi EWD waktu itu habis BRS. Ada 12 orang yang masuk dan mempraktekkan jingle EWD. Ternyata mereka adalah GL.
Nah, waktu sosialisasi itu, aku liatin satu-satu GLnya. Dan ketika ngeliat
salah satu dari mereka, dalam hati aku bilang, “Pokoknya aku mau sama yang
itu!”
It turned out that he really
became my group leader.
Orang yang waktu itu sangat menarik perhatianku waktu sosialisasi beneran
jadi GL EWD kuuuu yeyeyeyeyey wkwkwkw. Dia adalah kak Wikie. Membahagiakan
ketika apa yang kita ingini diam-diam bisa terwujud. Taunya dia jadi GLku
adalah sehari sebelum first gathering
EWD, aku dikontak sama kating yang bilang kalo dia GLku dan aku masuk
kelompoknya dia. Waktu liat profile
picture-nya kak Wikie, langsung ngeh kalo dia orang yang sama yang aku liat
waktu sosialisasi :)))))
Dan kisah ini pun dimulai.
Dinamika demi dinamika kami lewati bersama. Ada Nosa, Jiksau, Visto, Ririh,
Mas Buseng, Berti, Devi, Clara, Wina, Nikola, Suster Mikaela, Fayz, Dika, dan Galih.
Lama-lama, ini bukan hanya sekedar kelompok EWD. We became new family. Setelah first
gathering 25 Agustus 2017, acara berikutnya adalah expo UKP, 9 September
2017. Aku masih inget, buat nentuin kelompok mana yang bakal expo duluan itu
pake game. Nah, waktu itu ada salah satu gamenya adalah nyusun barang apa aja,
pokoknya yang paling panjang nanti menang dan bisa jalan. Setelah di 2 atau 3
game sebelumnya Bartebad kalah, kita berusaha di game yang ini.
Kita nyusun semuanya, sepatu, kaos kaki, tas, call card, sabuk, jaket,
bahkan earphone sama charger hape, kabel data, semuanya
wkwkwk. Awalnya sempet yakin menang, tapi trus tiba-tiba ada kelompok yang
ngeluarin tali rafia. Udah hopeless,
tapi ternyata, Bartebad punya gulungan tali rafia yang lebih panjang :))))) dan
akhirnya, Bartebad berhasil menang wkwkwk. Waktu salah satu temenku ngeluarin
gulungan itu, aku ngakak sampe jongkok, sampe berair mata saking lucunya hal
itu buat aku. Apalagi buat aku yang selera humornya receh gini..... Tapi, kita
langsung panik waktu panitia minta kita ngeberesin apa yang sudah dibuat.
Yaampuun, itu kan panjanggg bangetttt wkwkwk. Untungnya kita berhasil, dan
jadinya kita bisa jalan expo.
Pas expo ini, kita dikasih teka-teki buat menuju ke setiap ruangannya.
Jawaban dari teka-teki itu adalah nama ruang yang harus kita tuju. Salah satu
ruang yang bikin debat adalah ruang 43 yang terpisah dari ruang 41, 42, 44, 45,
sama 46 yang ada di belakang aula. Sebenernya nggak tau juga kok ruangan 43
bisa terpisah jauh banget dari temen-temennya. (((temen-temennya))). Tapi aku
tau ruangan itu, soalnya tiap Jumat selalu lewat. Ada di lantai 3 gedung PGSD. Jauh
uga. Aku sering hampir telat kalo kelas hari Jumat. Meskipun jam 9, tapi
kelasnya di lantai 3 :”).
Setelah expo UKP, minggu depannya adalah Pre-EWD 16 September 2017. Sebelum
EWD di Wonogondang, 23-24 September 2017. Itu semua jadi hari-hari yang sangat
berkesan dan unforgettable. Masih
suka nggak percaya kalo itu semua udah kejadian, dan udah tertinggal di
belakang. And all that we can do is just
be grateful with those beautiful memories.
First gathering EWD 2017
Expo UKP
English Welcoming Days 2017
(pictures are taken by Documentashey of EWD 2017)
GL
kesayangan Bartebad, kak Wikie (taken by: Nosa)
***
10 of 12
Oktober 2017 adalah saat aku pertama kalinya jadi panitia acara. Ini acaranya PBI, Breaktime 2017. Kaya
classmeeting gitu kalo di SMA. Dan di tahun ini, acaranya adalah lomba futsal
dan art night dengan tema Tropical
Party. Dalam kepanitiaan ini, aku jadi anggota di divisi Publikasi dan
Dokumentasi. It’s my very first time, and
I learned a lot. Berdinamika sama Saka Adjie, Sanin, kak Salsa, sama Mas
Felix. I had so much fun with them :3
Dari
kiri ke kanan: Mas Felix, Kak Salsa, Vina, Sanin, Adjie
Terima kasih kesempatannya untuk berkembang dan berdinamika bersama, Lur.
Terima kasih sudah buat kepanitiaan pertamaku berkesan :”)
***
November(ain) <3 (11 of
12)
Di bulan November, Jogja sering ujan. Bikin aku tambah sering nyeker (baca: nggak pake sepatu),
meskipun sebenernya mau ujan ataupun nggak aku tetep suka nyeker. Selain sering
ujan, di bulan November aku cuma punya 1 tulisan, “Random Thoughts duringCollege Life”. Dan isinya memang random
banget.
“Aku percaya, ada berjuta alasan kenapa kita ada di tempat kita berada sekarang. Ada berjuta
alasan kenapa seperti inilah hidup yang kita jalani. Dan aku yakin, alasan-alasan
itu ada untuk membuat hidup kita semakin penuh dengan warna-warna baru.” – vin
Di tulisan itu aku cerita tentang bagaimana kehidupan kuliahku yang udah
jalan 3 bulan. cerita lumayan banyak juga disitu, tentang beberapa hal dan
pendapatku.
Bulan November juga jadi saat di mana aku ikut open recruitment untuk kepanitiaan acara PBI yang lain, English
Action Days 2018. Beda dari Breaktime, kali ini aku daftar ke divisi lomba
drama. Dari awal tau akan ada oprec
udah yakin banget untuk daftar ke drama. Rasanya menyenangkan banget ketika di
tahun 2016 aku sama temen-temen ikut lomba drama, dan ketika ada kesempatan,
aku daftar ke divisi tersebut.
Di tahun 2017 bukan peserta sih, tapi ikut merasakan euforia nya EAD ketika
dateng dan mendukung temen-temen lomba drama. Ikut bahagia ketika Stero dapet
juara 3 drama, MVP drama, sama juara 3 writing. Euforia EAD selalu menyenangkan
dan terkenang.
Kok Breaktime pilih pubdok,
EAD pilih drama, Vin?
Bukan karena aku belom tau jati diriku dan masih mencari. Tapi karena aku
tau apa yang mau aku lakukan. I know exactly
what I want. Kenapa pubdok? Karena aku mau mencoba mempraktekkan skill yang aku punya, dan terus belajar
sama temen lain yang udah lebih expert.
Kenapa drama? Ini yang aku mau dari dulu. Aku pernah ngomong sama diriku
sendiri, “Nanti kalo masuk PBI, EAD
pengen deh jadi panitia divisi drama.”
***
Finally, 12 of 12
Here we are now, in the end
of 2017.
Tumben-tumben aku bisa punya 2 tulisan dalam satu bulan. Desember ini punya
1 tulisan, dan akan segera menjadi 2 dengan adanya kaleidoskop ini. Yang pertama
“College Life #2”, dan yang kedua adalah kaleidoskop 2017. Yang total editing timenya hampir 18 jam.
Di College Life #2 aku cerita tentang kelasku di PBI. @ciliktenan. Rasanya beruntung
banget punya mereka. Terima kasih Tuhan, semester satuku asyik <3 baca
lengkapnya di College Life #2 aja ya wkwk, nanti tulisan ini tambah nggak
selesai.
Buat apa sih Vin kamu nulis
ini?
Aku juga nggak tau jawabannya. Seneng aja kalo bisa melihat perjalananku
setahun kemaren, meniti kembali apa aja yang udah aku lewati setahun ke
belakang, dan hal apa yang bisa aku perbaiki untuk kedepannya. Tulisan ini
setahun dari sekarang akan jadi sesuatu yang beda. Sama kaya waktu aku baca
kaleidoskop 2016 kemaren. Tahun lalu waktu nulis itu mah b aja. Tapi waktu
kaleidoskop itu aku baca sekarang, tulisan itu menjadi ‘mesin waktu’.
Pengalaman-pengalaman yang aku punya aku tulis di blog ini untuk aku
bagikan ke orang lain. Dengan harapan, minimal ada yang baca trus bisa mikir “Oh
iya ya, jangan sampe sebuah rintangan menghentikanku,” seperti apa yang aku
tulis di tulisan kemaren.
Ngomong-ngomong, sampe di paragraf ini ternyata aku udah mencapai 4,450
kata. Selalu nggak terasa kalo udah nulis sesuatu, berbagi, dan semoga apa yang
dibagikan menginspirasi. Oh, dan btw, nanti di 2018 blog ini akan merayakan
ulang tahunnya yang ke-7. Sedih juga kalo dipikir, dari tahun ke tahun tulisan cuma
segitu-segitu. Tapi semoga kualitas tulisannya membaik. Seiring bertambahnya umur
juga...........
Harapan di 2018 nggak akan jauh beda dari harapan 2017. Pasang target untuk
diri sendiri, dan selalu berusaha realistis juga sama keadaan yang dinamis. Di 2018
akan mewujudkan resolusi 2017 yang belom terwujud, apapun itu.
Dua pertanyaan yang menghantui jelang 2018: Siap
menghadapi dunia kuliah yang lebih dinamis? Siap jadi orang yang lebih
bertanggung jawab?
Dunia kuliah akan semakin dinamis. Aku akan segera memasuki semester 2 di
PBI. Nggak kerasa, rasanya baru kemaren masuk kuliah perdana. Tiba-tiba sebulan
lagi udah KRS BRS lagi. Dunia kuliah juga nggak cuma tentang nilai di kelas. Tapi
tentang bagaimana kita menjalin relasi dengan banyak orang. Berteman dengan
siapa saja. Tapi seperti yang pernah aku tulis sebelumnya:
“Mau sebaik apapun kita
berperilaku, mau kita berusaha sekeras apapun untuk jadi orang baik, tetep
bakalan ada orang yang nggak suka sama kita. Yakin deh. Mbok ya orang sebaik
apapun di muka bumi ini, pasti ada yang nggak suka. One more note: People’s
judgement doesn’t define you. It defines their attitude.”
It’s life, dude. Full of
drama, full of fake people. Before you judge that someone’s fake, make sure
that you’re not one of them.
Tanggung jawab?
Adalah fakta yang nggak bisa terhindarkan juga kalo semakin ke sini
tanggung jawabku juga semakin besar. Ini udah bukan saatnya main-main. Apa yang
aku omongkan, harus bisa aku buktikan juga. Responsibility.
Sampai di paragraf ke sekian ini, sekarang pengen banget minta maaf. Minta
maaf ke semua pihak yang pernah tersakiti/tersinggung/terlukai dengan perilaku ku. Baik sengaja ataupun
nggak, kalo aku pernah ada bikin salah, mohon dimaafkan. Ini jadi pelajaran
juga buat aku. Harus kontrol omongan.
“Be sure to taste your words
before you spit them out.” – Auliq Ice
Ini self noted juga untuk diriku sendiri. Aku sadar kadang masih suka asal
ceplas-ceplos, dan langsung menyesal di detik berikutnya.
“Be careful with your words.
Once they are said, they can be only forgiven, not forgotten.”
Jangan sampe kemakan omongan sendiri *self noted*.
***
Before I close this post, I’d
like to say...
Cheers,
Vina Kanasya
Yogyakarta, 29 Desember 2017
21:39
21:39
-terima kasih buat semua
yang sudah mau baca sampai selesai. Terima kasih sudah menyisihkan waktu untuk
membaca hampir kurang lebih 4800 kata tentang tahun ini. May your life full of
happiness and blessings <3-
Nikmati waktumu selama di PBI karena nanti di semester atas, kamu akan menemukan satu kerinduan yang hakiki.
ReplyDeleteWelcome to the real jungle :))
Sekarang lagi happy2nya nih kak wkwkwk. Soon I'll experience the real jungle ;)
Delete