Perpisahan itu menyakitkan, ya?

Awal tahun bahas perpisahan boleh ya? Perpisahan itu macem-macem wujudnya. Pisah dari orang yang kita sayang, pisah dari temen-temen seangkatan, pisah dari barang kesayangan, pisah dari kenangan, dan masih banyak lagi "pisah dari" yang lain. Perpisahan itu gimanapun wujudnya seringkali menyakitkan, betul? Pasti ada ketakutan, bagaimana jika orang itu tak kembali lagi, atau kalaupun dia kembali, dia bukanlah orang yang sama lagi. Raganya boleh kembali, tapi mungkin dia bukan lagi orang yang sama seperti dulu. Pernah kepikiran nggak sih, semua orang yang datang ke hidup kita itu sudah diatur? Siapa yang datang, siapa yang pergi, siapa yang akan tinggal atau hanya singgah, menyisakan luka atau kebahagiaan ketika dia pergi. Ada yang bilang, segalanya di hidup ini ga ada yang abadi. Aku setuju. Hidup itu kan seperti roda, kadang di atas, kadang juga di bawah.

Akhir-akhir ini entah kenapa aku suka nangis sebelum tidur. Bahkan tadi pas pelajaran fisika (yang emang bikin pengen nangis banget) aku nangis, nyesek banget rasanya. Pengen lari keluar, kabur entah ke mana dan gak kembali lagi. Pikirannya kemana-mana. Aku nggak yakin bisa bertahan di MIA (yang katanya sekarang udah ganti nama lagi jadi MIPA). Makin ke sini, rasanya makin nggak minat, makin tertekan. Aku punya beban yang entah harus diceritain ke siapa. Punya beban yang hampir tiap malem bikin aku nangis diem-diem. Punya beban, yang bikin nangis ku pas baca novel jadi makin ga karuan. Punya beban yang berkali-kali bikin aku mikir soal bunuh diri. Beban yang makin berat ketika aku sadar: kalau ini adalah realitas, kenyataan yang harus dihadapi, harus djalani. Kenyataan kalo ternyata aku tuh kesepian. Dan usaha untuk menyembunyikannya ternyata lebih menyakitkan. Biar ketawa ngakak di sekolah, tapi aku nggak bisa bohong. Hatiku nggak di sana. Kebahagiaan yang ada ternyata hampa.

Pernah nggak ngerasa sendirian? Kesepian, nggak punya siapa-siapa untuk berbagi. Nggak bisa jadi diri sendiri, takut ditinggalkan, takut untuk mencoba, putus asa, dan gak berguna lagi? Itu yang sedang saya rasakan sekarang. Sakit. Hampir tiap malem merenung dan menutup hari dengan air mata. Aku ngerasa lagi terpisah dari kebahagiaan ku. Barusan ini kakaknya papa ku pulang ke Jember. Karena kecelakaan hari Jumat yang bikin aku sama papaku jadi korban, kakaknya papa kemaren Sabtu dateng. Barusan pulang, dan aku merasa ditinggalkan untuk kesekian kalinya.

Aku nggak tau harus curhat di mana, ke siapa, jadi aku tulis di sini.

Vina Kanasya

Comments