Stuff I have done in 2018


HEYAAAAAAA

Mon maap banget ni setahun kemaren gaada tulisan baru :”) terakhir nulis adalah 10 bulan lalu, Februari 2018. Karena sudah jadi kebiasaanku setiap akhir tahun untuk menulis kaleidoskop, aku nggak akan melewatkan tahun ini. Kebiasaan ini udah aku mulai sejak tahun 2013, dan masih akan aku lakukan. Jujur, kecewa sama diri sendiri setahun kemaren melanggar revolusi untuk lebih produktif dalam menulis. Tapi, mau gimana lagi. Let’s get to the story.

Di kaleidoskop ku tahun lalu, aku menulis tentang bagaimana di 2018 aku akan menghadapi dunia kuliah yang dinamis dan penuh kejutan. Seenggaknya, itulah yang sungguh terjadi di 2018 ini. Akhir tahun lalu, aku bercerita tentang betapa menyenangkannya semester satuku bersama 25 teman lain di kelas A kecil. Di kaleidoskop ini, aku akan cerita secara garis besar perjalananku bersama mereka setahun ini.


***

January

Lupa sih sebenernya Januari aku ngapain. Hampir sebulan full libur, sitting doing nothing all day long. Di akhir bulan baru KRS BRSan buat makul semester 2. Nggak jauh beda makulnya sama semester 1, dengan beberapa mata kuliah yang ‘naik level’ seperti vocabulary yang jadi book report, basic listening yang jadi intermediate listening, basic writing yang jadi paragraph writing.

February

This is my favorite month all the time. Bagaimana tidak jadi favorit kalo setiap bulan ini adalah bulan lahirku :))))) selama bertahun-tahun di masa sekolah, ulang tahun pasti bareng temen, di hari sekolah, pas SMA malah kena ujian praktek wkwkwk. Untuk pertama kalinya, akhirnya aku ulang tahun pas libur. Itu tiga hari sebelum masuk kuliah. Satu hal yang aku ingetttt banget adalah sebuah kejutan kecil-kecilan yang dibuat oleh temen-temen kuliahku. Fayz, Ajeng, Rinta, Frisca. They managed a very simple surprise for me. Yet it was almost failed, but I was still, very happy with their efforts.





Taken by Andre



Inget banget, waktu itu si Frisca panil (panik) soalnya aku hampir jalan ke arah lokasi eksekusi. Dia tiba-tiba ngajakin aku ke kamar mandi, bilangnya kebelet. ELAH DIA SAMPE SALAH MASUK KAMAR MANDI :))) dan itu mereka kasih surprisenya menjelang kelas gitu, dan aku sempet panik juga ini udah kurang 10 menit kok pada belom mau balik. Rapih banget sih surprisenya, bener-bener aku gak duga sama sekali :”)

***

March

(ini aku bikin tulisannya sambil bolak-balik buka file di laptop buat mengingat-ingat, kira-kira apa yang terjadi. Short term memory mah gini)

Dan hasil pencarianku adalaaahhhh

Bulan-bulan Maret April ini aku sibuk-sibuk aja sama kuliah. Sibuk book report, paragraph writing, speaking 2, dan makul-makul lainnya.

April

Ini baru ada sedikit banyak memori yang berkesan.

Pertama, di awal April, aku dapet kesempatan untuk interview HiVi. Spesialnya, aku interview pake Bahasa Inggris, karena nantinya hasil interview akan dimuat di Dialogue Magazine. Interview HiVi sangat menyenangkan, dan pastinya jadi pengalaman baru buat aku untuk wawancara pake Bahasa Inggris.







Taken by My Father




Dokumentasi interview nya cuma 2 foto ini. Soalnya....interview dilakukan di mobil, dalam perjalanan ke venue :))))



(ini waktu udah jadi di majalah geez. Big thanks buat Dialogue nih. Btw,majalahnya bisa dilliat di https://issuu.com/dialoguemagazine5/docs/master_page_for_digital yaa. Later on, I will tell you more about Dialogue Magazine)

Yang kedua, ada Meet and Greet bareng Dewi Lestari, penulis favoritku. Udah luamaaaaa banget sejak terakhir kali Tante Dee ke Jogja. Kali ini, MnG nya dalam rangka book signing Aroma Karsa, karya terbaru.




***

May

This is the D-Day of English Action Days 2018


Setelah 2th ikut EAD sebagai peserta, akhirnya pada tahun 2018 aku berkesempatan jadi panitianya. Secara spesifik, aku di divisi drama. Seperti yang pernah aku ceritain di postingan tahun lalu.


Taken by Deva


Taken by Saka Adjie


Aku bersyukur banget bisa ada di divisi ini, geez. Dapet CO yang luar biasa, Cik Cynthia sama Kak Gitta. Juga berkesempatan berdinamika bersama Anas, Clara, Monik, kak Yovita, sama kak Tyas.

Di bulan yang sama, kelasku juga bikin makrab buat pertama kalinya nih. Tepatnya seminggu setelah EAD. It was one of the most indescribable moment during my college life, to be honest. Bingung mau jelasinnya gimana. Tapi intinya adalah: bersyukur punya keluarga seperti temen-temen kelas A di PBI ini.



 ***

June

Juni berarti penghujung semester. Yep, it was the end of my second semester in ELESP. Seperti semester sebelumnya, kelas kami punya tradisi untuk foto di hari ujian terakhir. Pokoknya harus ada foto bareng intinya.



Ini foto setelah ujian Pronunciation. Foto sama Miss Ella, dan kebetulan Pak Gun lewat. Bukan kelasku namanya kalo ga bar-bar ngajakin Pak Gun ikutan foto juga wkwkwk.

Juli skip-gaada foto dan kejadian berkesan yang aku ingat :))))

*** 

August-September

Semester baru datang untuk dijemput. Yep, here comes my 3rd semester. Kata kating, inilah PBI yang sebenarnya. Mulai dihantam mata kuliah 3 huruf yang mematikan: CLS, CRW, dan AMT. Semester baru juga berarti ada.....mahasiswa baruuuuu. Yang artinya: saatnya EWD lageeeeyyyy. Aku berkesempatan untuk jadi panitia EWD, divisi acara. EWD udah disiapin bahkan sejak Juli.

Jujur banget ni, aku belajar banyak hal dari EWD. Tapi, nggak sedikit juga yang harus aku korbankan. Termasuk waktu dan perasaan. Perasaan? Yep, bener banget. Aku pengen buka-bukaan aja, soalnya, di mana lagi coba aku bisa jujur tanpa di judge? Ya cuma di blog ini. Sejujurnya, disamping rasa bahagia karena bisa kumpul Bartebad (aku, Nosa, Dika, ka Wikie, sama Mas Buseng), aku juga tertekan. Aku capek. Physically and mentally.
Rasanya lelah sekali ketika menjadi anomali dalam suatu kelompok, dan harus berpura-pura setiap saat bahwa semuanya baik-baik saja, dan aku tidak apa-apa. Meskipun udah selesai, tapi aku tetap ingin berbagi pengalaman ini. Aku nggak akan menyebut merk, toh teman-teman yang ada di dalam lingkaran pertemananku di prodi pasti tau.

Aku hampir selalu menjadi anomali. Di manapun aku berada, dalam kelompok manapun. Ketika semua orang bersorak gembira atas dibatalkannya kelas pukul 7 pagi, aku justru sebaliknya. Ketika banyak yang harus pergi bersama teman lain, ‘temenin yuk’ dan lain sebagainya, dengan PD nya aku akan melengang sendirian ke tujuanku. Entah darimana datangnya gen ini. Bagiku, itu nggak pernah jadi masalah ketika aku harus pergi sendiri. 

Ketika punya janjian jam 9 pagi, aku bahkan akan tiba di tempat sebelum pukul 9. Buat orang-orang on time seperti aku gini, tersiksa banget rasanya ketika janjian sama orang yang kurang menghargai waktu. Sedih, kesel, kecewa, mangkel, nyesel. Nyesel biasanya karena ada urusan lain yang aku korbankan demi dateng tepat waktu, eh ternyata orang lainnya nggak tepat waktu. Mangkel tu kalo aku udah capek dateng on time tapi percuma, trus sekali waktu memutuskan buat nelat. Giliran gitu, kena tegur yang lain. Ya gimana gitu lho. Tapi sudahlah. Intinya cuma curhat aja kok.



 (taken by kak gege kalo nda salah)

Mungkin ini satu-satunya bagian membahagiakan dari EWD kemaren. Gimanapun, selalu ada hikmah dari segala kejadian, selalu ada nilai yang bisa diambil :)

Before september ends

Ada satu hal lain yang kelupaan niy. Sekitar seminggu sebelum September habis, sebelum EWD, ada rapat penentuan koordinator (CO) untuk English Action Days 2019. Jadi, sistemnya adalah pencalonan CO dilakukan di setiap kelas kecil. Intinya, kita mencalonkan temen-temen kita yang dianggap mampu dan sanggup. Nantinya, nama-nama tersebut akan diwawancarai oleh CO sebelumnya. Singkat cerita, aku wawancara di 2 divisi. Dan beberapa hari kemudian, aku mendapat pemberitahuan.

Hari itu, di tengah rasa lelah dan kantuk, pesan tersebut menghilangkan segala lelah. Aku telah mendapatkan satu tempat di kepanitiaan EAD 2019. Mengingatkanku pada jabatan yang pernah kupunya di masa SMA pada tahun 2015-2016. Hanya saja, kali ini aku punya jobdesc berbeda. Koordinator sekretaris English Action Days 2019.
 

***


October

There are 3 big things happened in October. Pertama, setelah sempet diem-dieman sama Joaene karena salah paham waktu itu, akhirnya kita baikan beberapa bulan setelahnya (kepada kamu, yang bantu aku baikan sama Jo, kalo kamu baca ini, terima kasih). Dan, Oktober jadi momen di mana akhirnya aku ketemu lagi sama dia. Jo main ke Jogja bukan tanpa alasan. Dia nonton Final Party DBL yang mempertemukan Stero sama Stece. Derby Stella Duce. Siang itu, setelah kontak-kontakan panjang lebar, akhirnya kita janjian ketemu di Amplaz. Makan-muter-ngobrol panjang lebar, menyambung cerita yang pernah terhenti. Sempet foto juga, tapi karena keduanya buluk, jadi nggak perlu lah ya wkwkwk.
 
Sebelum Jo balik ke Semarang, aku nyempetin ketemu lagi sama dia di shelter travel nya. Disitu lah kita baru foto bagus, soalnya difotoin Papaku wkwkwk







Setelah ku ingat-ingat, aku sama Jo butuh waktu 2 bulan lebih untuk bisa baikan, itupun dibantuin seseorang. Akar permasalahannya sederhana. Salah paham, dan kami berdua nggak ada yang berani minta maaf duluan. Bahkan, karena itu pun kami nggak punya foto berdua waktu wisuda. Kalo dipikir lagi, nyesel banget waktu itu kenapa bercandaku kelewatan, dan aku sendiri nggak berani minta maaf. But, those problems had passed. Kesalahan di masa lalu ada biar kita nggak ngulang kesalahan yang sama lagi.

Hal kedua yang aku lakukan adalah, maju sama Andre buat jadi calon wakil ketua HMPS. Terdengar nekat banget. Karena aku sama sekali nggak punya pengalaman organisasi. Dan, tahun lalu aku cerita tentang kegagalan. Ini adalah kegagalan yang aku maksud. Aku gagal masuk keanggotaan HMPS. Membuatku sedih, terpuruk, bahkan kehilangan semangatku. Tapi itu udah lewat juga. Hasilnya udah keluar, dan paslon 2 telah terpilih. P.s: aku paslon 1.



Another failure, but it’s OK ;)
 
Mungkin emang bukan jatahnya, bukan wilayaku. But, hey, another good thing was coming!

Hal baik ketiga yang terjadi di bulan Oktober (yang sebenarnya sudah menyapa di pertengahan September). Aku diajak Miss Truly untuk bantu tim sidang LLTC, sekaligus jadi moderator di D-Day nya. It’s such a big honour to take part in the 5th International Language and Language Teaching  Conference held by our study program. New friends, new experiences, new chance to explore the things that I am capable of.
 
Sebelum kelupaan, ada sebuah tawaran menyapa di bulan Oktober juga. Ini adalah ajakan untuk bergabung dalam Dialogue Magazine, mengisi posisi fotografer yang kosong. Awalnya aku sempet bingung, ragu, dan ingin menolak. Tapi kemudian aku berpikir, “Ketika sebuah kesempatan itu datang, jangan ditolak, tapi diambil. Siapa yang tau kalo kesempatan itu akan datang lagi nantinya?” Setelah berdebat tentang diriku sendiri, apa aku mampu mengatur waktu dan kesibukan, akhirnya aku terima tawaran itu.


***

November

Langsung lompat ke sekitaran akhir November aja yaa. Jadi, akhir November itu udah mulai sibukkk banget sama persiapan LLTC. Bantuin Miss Truly buat nyusun program book bareng beberapa temen lain: Becca, kak Maria, kak Vania, dan kak Marsha. Secara keseuluruhan, program book untuk LLTC ini juga dibantu sama temen-temen tim sidang yang lain. Ada Yudha, kak Fale,kak Sefty, kak Putri, Dika, sama Monik. Dalam prosesnya sendiri, aku jadi belajar banyak tentang editing, layouting, grammar, diction, dan masiih banyak lagi aspek-aspek dalam kebahasaan yang aku pelajari. Bahkan, termasuk bagaimana memaksimalkan penggunaan Microsoft Word dalam mengerjakan sesuatu.
 
D-Day nya LLTC sendiri adalah 30 November dan 1 Desember. Dari proses persiapan aku udah belajar banyak, dan di D-Day nya lagi, aku bener-bener mencoba sesuatu yang baru. Aku jadi moderator selama sesi parallel :”) awalnya ragu dan malah takut aku akan mengecewakan. Tapi, kita nggak akan pernah tau kalo nggak mencoba. Dan bersama teman-teman tim sidang lainnya, we nailed it.

Di photobooth nya LLTC, taken by Rebecca
 
 Tim sidang, foto bareng Mr. Hayo Reinders, keynote speaker nya LLTC (taken by Nosa kalo tyda salaah)
 
***

December

Here we are again. At the end of my 3rd semester.

Nggak kerasa, tiba-tiba udah bulan Desember lagi. Udah di penghujung tahun lagi. dan akhirnya aku berhasi membuat satu tulisan di penghujung tahun.

Di tahun 2018 ini, aku membuat suatu perubahan. Udah lama sebenernya pengen nulis tentang ini, tapi aku pikir sekalian aja sama tulisan kaleidoskop di akhir tahun.

It is called zero waste lifestyle.

Buat temen-temen yang follow akun Instagramku, pasti udah pada tau, bahkan mungkin bosen sama campaign #ZeroWasteLife yang sering banget aku post di story. Basically, ini adalah campaign tentang mengurangi penggunaan plastik. Kantong plastik, sedotan plastik, gelas plastik, dan plastik-plastik lainnya. Dimulai dengan belanja pake tas kain atau totebag sendiri yang selalu ada di tas, memilih minuman dalam kemasan karton ketimbang dalam botol plastik, menolak sedotan, dan atau beralih ke sedotan stainless steel, beli minum pake botol sendiri, beli makan pake tempat sendiri, dan masih banyak lagi yang bisa dilakukan
.
Banyak orang yang mulai sadar akan bahaya kantong plastik, sedotan, dan segala jenis produk plastik lainnya. Kantong plastik yang kita gunakan kurang dari 5 menit, akan bertahan di bumi selama lebih dari 1000 tahun. It takes very long time to decompose plastics. Selama jangka waktu tersebut, plastik akan berubah menjadi microplastics, dan kemudian sampai ke laut. Those microplastics will be consumed by fish, and guess what—we eat those fish. Can you imagine that? We eat the plastics we use.

Bagaimana dengan sedotan? Yep, sama aja. Bahkan, sedotan plastik juga membahayakan hewan-hewan seperti penyu yang mengira sedotan adalah makananya. Burung-burung di udara, ikan paus, dan masih banyak lagi hewan yang terancam keselamatannya karena plastik. Belum lama ini bahkan ada kasus ikan paus mati yang di dalam perutnya ditemukan sampah plastik seberat 5,9 kilogram.

Kepedulianku terhadap lingkungan dan penggunaan plastik yang telah sampai pada tahap mengkhawatirkan semakin tinggi ketika mata kuliah Critical Listening and Speaking, dan Critical Reading and Writing membahas mengenai lingkungan. Environmental issues. Kedua mata kuliah ini memberi banyak materi tentang lingkungan. Tentu saja termasuk, bagaimana sampah telah mengubah bumi ini.

Aku sendiri belum 100% hidup zero waste. Mungkin lebih cocok disebut less waste. Tapi paling tidak, aku nggak menambah jumlah sedotan dan kantong plastik di bumi ini. Aku, bersama teman-teman yang ter-influence­ oleh campaign ku paling tidak berusaha mengurangi penggunaan plastik, dari hal paling sederhana yang bisa kami lakukan.

“Es teh nya satu nggak pake sedotan ya.”

“Nggak usah pake plastik ya mbak.”

Aku bahkan sempet jualan sedotan stainless karena banyak temen yang pengen ikutan mencoba hidup less waste. Bukan untungnya yang aku pentingin, tetapi bagaimana banyak temenku yang mulai peduli untuk mengurangi sampah. Aku bangga bisa menjadi ‘agen perubahan’ (I consider myself as an agent of change) di antara teman-temanku. Ada salah satu temenku yang mengakui, “Ngaruh tau vin kamu post di story mu kaya gitu.” I am proud of myself.

 ***

Here we go again, at the end of 2018.

Revolusi 2019 ku nggak muluk-muluk. Pasti hampir sama kaya 2018.  Let me keep those resolutions, dreams, and target on my own heart.

Dengan total editing time hampir 8 jam yang menghasilkan 2300an kata, inilah dia kaleidoskop 2018 ku.

Happy new year, reader(s)!


Cheers,
Vina Kanasya
Pentingsari, 30 Desember 2018







Comments