Melesat Bagai Peluru

“Tiga tahun ini terasa seperti kedipan mata. Tiga tahun yang melesat bagai peluru.”

Seminggu ini, dua kalimat itu terus ada di setiap aktivitas yang aku lakukan di sekolah, dua minggu terakhir ini. Dateng pagi, masih pake helm, jalan di sepanjang koridor menuju kelas, cuma 2 kalimat itu yang terus terdengar di otak, bagai kaset rusak.

***

Tiga hari menjelang ujian nasional ketika tulisan ini dibuat.

Jujur, bukan takut sama ujian nasionalnya. Tapi, lebih takut sama apa yang akan terjadi setelahnya: perpisahan. Bukan pertemuan namanya kalo nggak ada perpisahan. Ada yang dipisahkan oleh keadaan, waktu, jarak, bahkan maut. Karena, nggak ada yang abadi di dunia ini. Terkadang, aku cuma ngerasa, ini bener-bener kaya mimpi. Akan ada banyak sekali barisan kalimat yang bisa kuawali dengan: rasanya baru kemarin....


Rasanya kaya mimpi, tiba-tiba aja udah mau ujian nasional. Udah mau pisah dari temen-temen. Udah mau selesai masa SMA-nya. Cepett bangeett rasanya. Kayaknya baru kemaren ikut mos, dimarah-marahin gegara co-card salah. Tiba-tiba, hari ini udah doa novena yang terakhir bareng temen-temen. Kayaknya baru kemaren usul ke Pak Ncus untuk bikin kelas tambahan setiap hari Sabtu jam 8 pagi, tiba-tiba, besok udah jadi hari terakhir tambahan aja. Tiba-tiba, hari ini udah jadi hari terakhir resmi kegiatan belajar mengajar.

Terlalu banyak momen yang udah terlewati, sampe nggak ngerti harus diceritain gimana. Too many memories, and how the time flies so fast. Jujur, tahun pertama di Stero terasa berat dan panjang banget. Dan tiba-tiba, tahun kedua-ketiganya terasa secepat mengedipkan mata. Belom sempat menangkap momentum itu, tiba-tiba udah lewat aja. Tapi, ngomong-ngomong:

“Momentum tidak dapat dikejar. Momentum hadir. Begitu ia lewat ia tidak lagi sebuah momentum. Ia menjadi kenangan. Dan kenangan tidak akan membawa Anda kemana-mana. Kenangan adalah batu-batu di antara aliran sungai. Anda seharusnya menjadi arus bukan batu.” – Kesatria, Putri, & Bintang Jatuh, Dee Lestari

Kalo dipikir-pikir, kalimat itu bener banget. Ketika suatu momen telah terlewati, barang kejadian setahun yang lalu, atau sedetik yang lalu, ia telah berubah menjadi kenangan. Sulit dipercaya, ya? Tiga tahun di Stero bener-bener kaya mimpi.

“Apabila ini hanya sebuah mimpi, ku selalu berharap dan tak pernah terbangun.” – Hanya Satu, Mocca

Baru mulai, udah ada 2 kutipan yang (entah kenapa) pas banget sama suasana tulisan ini. Kalo nanti semakin ke bawah, ada semakin banyak kutipan, itu artinya playlist malam ini emang sesuai banget.

Jumat, 7 April 2017 tiba lebih cepat dari yang kubayangkan. Nggak pernah terpikir kalo hari ini akan berjalan sedemikian rupa. Empat jam pelajaran pertama hari ini kosong, yang 2 jam dipake buat main, yang 2 lagi nganggur. Bagiku, yang berkesan justru 45 menit terakhir KBM resmi. Semua anak kelas 12 dikumpulkan di aula, dengan rangkaian acara terakhirnya mohon doa restu sama Bapak-Ibu guru. Seandainya bendungan air mata tadi nggak kuat, pipi udah banjir. Untung masih kuat, meskipun akhirnya nangis juga waktu pelukan sama Joaene sama Yoke (soalnya liat dia juga udah berkaca-kaca gitu).

Agak nyesel sih sebenernya nggak semua guru ada di aula tadi. Guru-guru mapel UN juga nggak komplit (emang bakso vin, komplit? -_-). Huft. Trus, habis dari aula, temen-temen XII IPA 1 pada kumpul di ruang teduh, buat doa novena terakhir. Dan selama di ruang teduh, sambil nungguin salah satu temen, aku cuma diem. Beneran, rasanya masih nggak bisa percaya kalo ini adalah realitas, sebuah kenyataan yang harus dihadapi. Kenyataan kalo: itu adalah hari terkhir kbm, dalam 3 hari kita akan menghadapi ujian nasional, dan yang paling menyakitkan: kurang dari 1 bulan, kita akan berpisah, mengakhiri masa putih abu-abu.

Selesai doa, kami (XII IPA 1) sempet foto. Meskipun nggak full team (kurang 2 orang). Bahkan sampe ketika tulisan ini dibuat, XII IPA 1 belom pernah foto full team, pasti ada aja yang nggak ikut foto.



Kapan sih kita kalo foto posenya bener, dan siap semua? Oh, aku tau. Waktu foto buku tahunan dan besok waktu wisuda.

***

Rasanya baru kemaren, tiba-tiba kepilih jadi wakil ketua kelas, dan Ancel jadi ketua kelasnya. Risa jadi sekretaris, Dewi jadi bendahara (ter-galak yang pernah aku tau selama sekolah). Baru kemaren tiba-tiba kasih surprise ulang tahun buat Pak Icok. Baru kemaren ngejain expo. Dan “baru kemaren” yang lainnya. Tiba-tiba, udah mau UN aja.

Ini artinya, udah jalan 2 minggu semenjak USBN. Udah 2 minggu jadwal belajar mandiri berjalan. Udah 2 minggu kelas jadi saksi bisu kita yang capek, bosen, nek ngerjain soal, kita yang tiduran di kelas, kita yang main *ehem* kartu. Kita yang ujung-ujungnya nonton film, baca novel, atau kegiatan lainnya. Waktu itu, cepet banget ya?

Siapa yang rasanya baru kemaren menginjakkan kaki di Stero? Baru kemaren resmi boleh pake baju putih abu-abu? Everyone feels that.

“Kita terharu seakan tiada bertemu lagi
Bersenang-senanglah, karena hari ini akan kita rindukan di hari nanti
Sebuah kisah klasik untuk masa depan
Bersenang-senanglah karena waktu ini akan kita banggakan di hari tua

Sampai jumpa kawanku, semoga kita selalu
Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan.” –Sebuah Kisah Klasik, Sheila On 7

“Kamu sangat berarti
Istimewa di hati
Slamanya rasa ini
Jika tua nanti kita tlah hidup masing-masing
Ingatlah hari ini.” – Ingatlah Hari Ini, Project Pop

“When the world is getting colder
When you get through those though times
Now I know we’re getting stronger
Cause the love we had
We have faith to believed in a trust
To hold on a love in unconditional way.” – Dear Friend, HiVi!

“Di manapun kalian berada
Kukirimkan terima kasih
Untuk warna dalam hidupku dan banyak kenangan indah
Kau melukis aku


Kita tak pernah tahu
Berapa lama kita diberi waktu
Jika aku pergi lebih dulu, jangan lupakan aku
Ini lagu untukmu, ungkapan terima kasihku.” – Monokrom, Tulus

***

“Akhirnya ku mengerti betapa rumitnya konstruksi batin manusia. Betapa sukarnya manusia menanggalkan bias, menarik batas antara masa lalu dan masa sekarang. Aku kini percaya manusia dirancang untuk terluka.” – Partikel, Dee

Dan ini kenapa isinya malah jadi kutipan lagu sama buku ya. Hmm. Padahal intinya satu kok, masih nggak percaya kalo besok Senin UN, dan bentar lagi bakal pisah dari temen-temen SMA. I’m gonna miss all the memories that left behind.

“Kali ini waktu bagaikan peluru yang melesat dengan sangat cepat. Melesat, lantas membunuh. Ya, membunuh setiap momentum tadi, dan lantas mengubahnya menjadi kenangan.” – vin

Nggak ada target buat tulisan ini. Pengen nulis aja, berbagi kutipan yang sekiranya relevan. Dan, mau berbagi foto juga—satu-satunya jalan mengabadikan momen.




Foto di ruang doa, 30/32 + Pak Icok
(credits to Ellen/Diffa)


- I’ll see you guys at the top, Stero 17. Especially IPA 1-2. I love you.-


Cheers,

Vina Kanasya


Yogyakarta, 7 April 2017
23:28

Comments

  1. see u when i see u vin!���� sukses un dan kedepannya!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. See you when I see you too, Angel. Sukses selalu 🌟

      Delete

Post a Comment