Mengenal Lewat Karya adalah Sebuah Proses Jatuh Hati

Saya bukan fans fanatik dari grup ini. Penggemar, iya, tetapi saya lebih suka menyebut diri sebagai seorang penikmat karya. Saya adalah seorang remaja yang dalam kesehariannya hampir tak pernah lepas dari radio—meski sejak duduk di bangku kelas 12, frekuensi mendengarkan radio agak berkurang. Saya mengenal karya mereka pertama kali dari radio, sekitar tahun 2012. Di tulisan ini, saya ingin bercerita tentang perjalanan saya mengenal mereka lewat karyanya.

Saya lupa kapan tepatnya saya mendengar lagu mereka untuk pertama kali. Sejujurnya, single perdana dari grup ini cukup asing saat pertama kali saya dengar. Saya kemudian teringat kata Papa saya, “Lagu yang bagus adalah lagu yang masih asing saat pertama didengar, harus didengarkan lebih dari 1 kali untuk mengerti maknanya.” Karena itu, saya sering stand by di dekat radio, menunggu lagu tersebut diputar untuk mengetahui judul dan siapa penyanyinya.

HiVi, itulah nama grup pemilik lagu “Indahnya Dirimu”, lagu yang sering saya dengar di radio dan menemani aktivitas saya sehari-hari. HiVi kemudian merilis single-single berikutnya: “Orang Ke-3”, “Curi-Curi” dan “Mata Ke Hati”. Keempat lagu tersebut menjadi sangat familiar di telinga saya. “Orang Ke-3” adalah favorit saya. Lagu tersebut dibungkus nuansa akustik, sehingga menciptakan kesan ‘kalem dan adem’. Lagu mereka cukup sering diputar di radio, membuat saya hafal dan mulai menyukainya. Lantas saya menyampaikan pada Papa saya bahwa ada sebuah band bernama HiVi yang lagu-lagunya bagus dan sering diputar di radio. Hingga kemudian Papa saya membeli album mereka—sebuah bentuk apresiasi untuk musisi dalam negeri—atas keinginan untuk memiliki karya mereka secara legal. Album tersebut berjudul “Say Hi! To HiVi!”.

Suatu hari di tahun 2013, ada sebuah poster gigs di Jogja dengan bintang tamu Tangga (sekarang Dekat) dan HiVi. Tepatnya 6 April 2013. Saya dan Papa saya pergi ke sebuah hotel di tengah kota Jogja untuk menemui personil Tangga dan meminta tanda tangan. Saya tahu kalau ada HiVi juga. Tapi sayangnya, saya tidak tahu siapa saja personil HiVi (kenapa waktu itu nggak ada inisiatif buat googling dan cari tahu tentang HiVi ya). Yang saya tahu, ada 4 personil, 3 laki-laki dan 1 perempuan. 2 vokalis dan 2 pemain gitar.

Waktu itu sempet bilang sama Papa, “Pa, aku pengen foto sama HiVi” “Tau orangnya nggak?” “Nggak (hehe)”. Trus ada segerombolan orang lewat. “Itu bukan Vin?” “Nggak tau e Pa.” Kejadian itu pas diinget sekarang bikin malu dan nyesel banget. Mungkin emang bukan jatahnya ketemu HiVi waktu itu.

Tahun 2014 saya masih mendengarkan radio, meski akhirnya kesibukan di kelas 9 memaksa saya mengurangi intensitas mendengarkan radio. Ujian Nasional adalah prioritas utama saya saat itu. Pada Juni 2014, saya resmi melepas seragam putih biru.

Memasuki dunia putih abu-abu, kesibukan saya di kelas 10 sangat padat karena kurikulum 2013 yang hectic. Seluruh waktu dipakai untuk belajar dan mengerjakan tugas. Intensitas mendengarkan radio kembali berkurang. Hanya tersisa sedikit waktu untuk dihabiskan dengan radio. Namun pada awal 2015, kurtilas di sekolah saya diberhentikan.

Sekitar bulan September 2014, saya berusaha mengembalikan rutinitas mendengarkan radio. Dari situ, saya jadi tau bahwa HiVi punya lagu baru, “Heartbeat” yang ternyata sudah rilis sejak Juli 2014. Ada kebahagiaan tersendiri mengetahui HiVi tetap aktif berkarya. Setidaknya, mereka tidak berhenti seperti beberapa musisi lain yang hanya sekejap meramaikan industri musik tanah air.

***

Juli 2015. Tahun ajaran baru, kelas baru. XI IPA 1.

Di kelas ini, saya bertemu dengan seorang teman baru. Namanya Joaene Augustine Dulu, yang saya tahu Joaene adalah anak kelas tetangga, pengurus OSIS dan pemain basket Stero. Itu saja. Saya tidak menyangka di kelas 11 saya akan jadi sangat dekat dengannya. Saya tak hanya membahas tentang sekolah, tapi juga membahas musik, novel, dan hal random lainnya bersama Jo. Saya menjadi akrab dengan Jo karena kami sama-sama menyukai sebuah serial musikal di TV. Setelah mengenalnya lebih jauh lagi, sekarang saya tahu bahwa dia adalah sahabat yang luar biasa. (Ngomong-ngomong, ketika tulisan ini dibuat Joaene sedang berulang tahun yang ke-17. Happy sweet seventeenth birthdayyy Jo!)

Apa hubungannya HiVi dengan Joaene? Lewat Joaene-lah saya tahu single terbaru dari HiVi yang rilis pada September 2015: “Siapkah Kau ‘Tuk Jatuh Cinta Lagi”. Itu saja taunya karena lagu ini dicover oleh para pemeran dari serial TV favorit kami. Saya harus akui, saya amat telat mengetahui lagu ini.

Sekitar bulan April 2016, saya kembali membuka Youtube channelnya HiVi. Saat itu posisinya udah hampir nggak pernah dengerin radio lagi. Jadi cuma mengandalkan Youtube buat cari-cari lagu di saat jam kosong. Ada lagu baru dari HiVi yang bertajuk “Sama Sama Tahu”. Dan kini, lagu “Sama Sama Tahu ada di album bertajuk “Pop Hari Ini”.

Di bulan April juga saya melihat ada poster gigs bertajuk “Present Break” yang diadakan oleh UPN Yogyakarta. Guest starnya HiVi dan Tulus. Saya sangat bersemangat pengen ikut ‘nyelinap’ bareng Papa. Tapi, begitu liat tanggalnya, nggak yakin bisa ikut ‘nyelinap’ bareng Papa. 7 Mei 2016. Tanggal yang sama dengan pelaksanaan English Action Days 2016 yang diadakan Pendidikan Bahasa Inggris Sanata Dharma. Saya bersama 10 orang lainnya membawa nama sekolah di cabang drama.

7 Mei 2016 saat pelaksanaan lomba, kelompok kami mendapat urutan ke-7. Alhasil, saya baru tiba di rumah sekitar pukul 18:30. Saya langsung merebahkan diri di kasur. Beberapa saat kemudian Papa menawarkan apakah saya ingin ikut bertemu HiVi dan Tulus atau tidak. Hati saya sangat ingin pergi. Tetapi otak berkata tidak. Tubuh sudah terlalu lelah, maka dengan sangat menyesal saya bilang tidak.

***

Keesokan paginya, tanggal 8 Mei 2016 saya mendapat sebuah notifikasi dari Instagram. Masih setengah sadar, saya membaca notifikasi “vialliarvin mentioned you in a comment”. Elisabeth Vialliarvin adalah teman SD-SMP saya, tapi tidak pernah sekelas. Kolom notifikasi di Instagram agak lambat dimuat, sudah terbaca komentar apa yang dituliskan Avin, tapi masih belom nampak foto yang ingin ditunjukkan Avin. “Vinaaaa papamu beruntung sekali ๐Ÿ™ @vinakanasya” Saya bertanya dalam hati, beruntung? Pertanyaan itu baru terjawab ketika foto itu termuat keseluruhan. Itu adalah foto yang diunggah oleh kak Febrian Nindyo, salah seorang personil HiVi. Di foto itu terlihat kak Febri, kak Ilham, dan kak Ezra berfoto dengan Papa saya yang sedang membawa album “Say Hi! To HiVi”. Keterangan yang melengkapi foto itu cukup panjang:

“Salah satu keindahan dlm hidup adlh ketika usaha dan karya kita diapresiasi oleh insan lain.

Begitu selesai manggung, dihampiri oleh sosok satu ini, namanya Bpk. Singo. Beliau punya hobi ngumpulin kaset dan album musisi Indonesia dr jaman dulu smpe sekarang berikut ttdnya, jg nntn live performnya. Koleksinya sdh ribuan skrg.

Semoga yg dilakukan Pak Singo bsa jadi renungan dan inspirasi utk syppun yg memperhatikan dan mengikuti karya seni musik Nusantara.

Dan untuk teman2 UPN Jogja, terima kasih utk apresiasinya. Ramai, riuh, seru sekali. Selamat utk kesuksesan acaranya. Juga utl @hifriendsjogja. Sampai jumpa lagi, matursuwun ๐Ÿ™” 


Saya speechless. Kaget bukan main melihat foto tersebut. Setelah beberapa menit, akhirnya saya mengetikkan: “@vialliarvin I’m a proud daughter๐Ÿ’˜” di kolom komentar. Sungguh, tak ada kata lain selain bangga untuk Papa saya. Dari beliau saya belajar untuk mengapresiasi karya anak bangsa secara legal. Beliau juga lah yang ‘menjaga’ musik yang saya dan adik saya dengar.

Saat sarapan, Papa bercerita bagaimana semalam Papa disambut oleh HiVi dengan begitu ramah dan hangatnya. Saya tak kuasa menahan senyum mendengar cerita itu. Hal itu di luar dugaan saya tentang HiVi. Papa juga menceritakan bahwa semalam HiVi manggung dengan seorang perempuan yang bukan Dea. Saya memang sempat mendengar rumor bahwa satu-satunya personil perempuan di HiVi, Dalila Azkadiputri telah mengundurkan diri. Seperti kebanyakan orang lainnya, saya stalking. Naluri jurnalis saya keluar untuk mencari tahu kebenaran. Hal yang saya temukan di lini masa Instagram akun @sayhivi dan @dalilaazkadi mengonfirmasi semua rumor tersebut. Ada sedikit rasa sedih saat bahwa Dea mengundurkan diri. Tapi, apapun yang terjadi, life must go on. Perubahan harus diterima. Saya telah banyak melihat bagaimana sebuah grup ditinggal oleh personilnya, fenomena biasa, sebenarnya.

“Trus semalem yang nyanyi bareng HiVi siapa, Pa?”

“Namanya Neida. Dia dulu ikut ngisi di albumnya Kak Seto.”

***

4 Juni 2016. Dental Project 2016.

Sore itu, saya pergi bersama Papa saya ke Grha Sabha Pramana, tempat berlangsungnya Dental Project. Tujuannya cuma 1: ketemu HiVi. Singkat cerita, di sana saya sama Papa nunggu HiVi selesai cheksound. Di panggung ada kak Febri dan kak Ezra. Tanpa saya sadari, kak Febri turun dari atas panggung dan salaman sama Papa saya. Saya ikutan ke sebelah Papa saya, salaman sama kak Febri.

Nggak berapa lama kemudian, ada seorang perempuan yang bersiap naik lewat tangga depan panggung. Baru dikasih tahu Papa tahu kalo itu kak Neida. Setelah itu, kak Ilham juga sudah ada di atas panggung. Setelah HiVi selesai cheksound, kak Ilham turun, salam sama Papa, sama saya juga. Papa bilang sama kak Ilham kalo aku pengen foto. Akhirnya sama saya dan Papa naik ke atas panggung karena kelihatannya para personil HiVi udah mau pergi. Di atas panggung, Papa bilang lagi kalau saya pengen minta foto.

“Fotonya di sini aja biar kerasa on stage,” ujar kak Febri.

Habis itu saya berfoto sama kak Febri, kak Ezra, kak Neida dan kak Ilham. Pertemuan sore itu ditutup dengan foto ber-lima. Saya dan HiVi.

***

Setelah pertemuan hari itu, saya semakin banyak mencari tahu tentang HiVi. Saya juga mendengarkan semua lagu di album pertama (jujur belom pernah dengerin satu album full). Hati saya jatuh untuk album mereka. Lagi-lagi ada rasa sesal di hati, mengapa tidak dari dulu saya mendengarkan lagu-lagu mereka?

Pada tanggal 8 Juni 2016 HiVi merilis single baru dengan formasi baru. Single tersebut digunakan HiVi untuk memperkenalkan vokalis baru mereka: Nadhia Aleida. Single tersebut berjudul “Pelangi”.

Dari “Indahnya Dirimu” sampai “Pelangi”, bagi saya HiVi “Selalu Di Hati” dengan formasi apapun. Dan bagi saya, mengenal HiVi dari single pertama mereka di tahun 2012, sampai single terbarunya di tahun 2016 adalah sebuah proses jatuh hati. Saya mengenal mereka lewat karya sejak 2012, lagu-lagu mereka senantiasa mengisi hari saya, dan perlahan saya merasakan indahnya jatuh hati. Jatuh hati bukanlah suatu proses yang singkat. Empat tahun bisa dikatakan sebagai waktu yang lumayan panjang untuk menyadari rasa jatuh hati yang ternyata telah tumbuh sejak lama. Meskipun saya tidak mengikuti perkembangan mereka dari awal, tapi kini saya yakin, mereka adalah musisi tanah air yang hebat. Pertemuan singkat dengan mereka waktu itu membuat saya semakin yakin, bahwa mereka akan kembali bersinar di industri musik tanah air. Kerendahan hati dan keramahan yang HiVi miliki akan membawa mereka lebih jauh. Mereka juga tidak membangun tembok pembatas antara idola dan penggemar. Meski mereka harus mengalami perubahan formasi, tapi saya yakin, ini adalah perubahan yang akan membawa HiVi ke arah lebih baik.

Waktu memang selalu mengalir tanpa terasa. Saya mendengar “Indahnya Dirimu” ketika baru melepas seragam putih merah. Saya mendengar “Pelangi” di tahun kedua dunia putih abu-abu—masa transisi menuju tingkat akhir. Menurut saya, jika HiVi! adalah pelangi, maka HiVi! adalah pelangi yang abadi. Indahnya tak hanya sesaat, tapi selamanya. Menghiasi industri musik tanah air. Semangat terus, HiVi!



-Ide tulisan ini sudah lama banget munculnya, cuma belom ada waktu untuk menuangkannya menjadi satu tulisan utuh. Semoga suka ❤- 



Cheers,

Vina Kanasya

Comments