Di Tengah Ketidakpastian

Ujian nasional dihapus, diganti ujian per daerah
Tadi saya baca artikel kalau yang diujiankan bukan cuma enam, tapi semua mata pelajaran
Sifatnya desentralisasi, tapi standarnya nasional
Lantas apa bedanya?
Sekarang udah bulan Desember, kenapa baru diumumkan?

Kalo UN mau dihapus mah, dihapus aja
Nggak usah pake diganti ujian per daerah
Kalo jatoh-jatohnya cuma buat pemetaan, buat apa?
Orang sekolah buat diukur kemampuannya, bukan buat dipetakan

Orang sekolah ya sekolah aja
Orang sekolah mah buat cari ilmu, buat belajar
Awalnya nggak tau, lantas sekarang jadi paham
Saya jadi bertanya-tanya, apa sih gunanya pemetaan sekolah? Peringkat-peringkat?
Hanya untuk tau siapa yang terbaik dan tau siapa yang ada di urutan paling bawah?

Namanya orang Indonesia
Lebih mementingkan angka
Ketimbang kemampuan yang tak bisa diukur dengan angka
Tapi liat kan, banyak orang di dunia yang berhasil, tapi mereka nggak menempuh pendidikan formal
Bahkan banyak diantara mereka yang justru tidak tamat

Masa depan generasi muda nggak ditentuin dari sisi akademik aja
Tapi juga ada sisi non-akademik yang bisa dijadikan pertimbangan
Coba, ujian di kertas itu bisa nggak mendeteksi kemampuan lain seseorang?
Ujian itu cuma buat mendapatkan angka yang sebenernya cuma bayangan
Ujian nggak bisa mendeteksi kemampuan non akademik seseorang
Bahkan ujian itu sebenernya hanya nguji daya ingat
Iya sih kadang nguji pemahaman, tapi seberapa besar?

Siswa-siswi di Indonesia belajar itu cuma biar dapet ‘nilai bagus’ di kertas ulangannya
Buat ngisi kotak-kotak daftar nilai yang ujung-ujungnya mengkotak-kotakkan mereka
Nilai itu bukan nilai pemahaman, tapi nilai hafalan
Kemaren-kemaren sempet baca berita , sejak UN bukan lagi penentu kelulusan, nggak banyak lagi permasalahan
Paling nggak anak-anak SD/SMP/SMA udah nggak setakut dulu waktu UN adalah penentu segalanya
Lagian kan nggak masuk akal kalo masa belajar 6 tahun di SD dan 3 tahun di SMP/SMA cuma ditentukan di kertas

Saya sekarang duduk di bangku kelas 3 SMA
Yang masih belom pasti nasibnya
Perasaan, dulu saya SMP, UN bukan lagi penentu kelulusan dan itu nggak menakutkan
Biasa aja
Bahkan UN justru bikin anak-anak kelas tambah guyub, sekelas tambah akrab
Saling dukung, saling bantu doa

Saya cuma anak SMA yang nasibnya sekarang masih tidak jelas
Bakal UN atau nggak
Bakal gimana penentu kelulusannya
Kalo boleh bilang, alangkah lebih baik kalo misalnya kelulusan seorang anak murni ditentukan sekolah
Sekolah yang udah 3 tahun mengenal si anak, tau luar dalemnya si anak. Kenapa nggak biar sekolah aja yang nentuin kelulusan?

Okelah kalo emang UN itu buat mengukur kemampuan anak
Berarti harusnya tingkat kesulitan dipukul rata
Harusnya soal itu dibikin sama guru dari timur sampe barat
Harusnya soal itu sama di semua daerah
Harusnya tiap daerah nggak usah khawatir daerahnya dapet nilai berapa
Harusnya nilai 8 di kota A sama di kota B sama
Harusnya nilai 9 di ujung pulau yang satusama ujung pulau yang lain sama

Tapi kenyataannya?

Saya punya banyak temen yang menyesal merantau ke Jogja
Mereka cerita kalo temen-temennya yang jauh dari kota pelajar ini dengan mudahya mendapat nilai sembilan
Sementara mereka harus mati-matian di sini untuk mendapatkan nilai minimal delapan
Temen-temen mereka yang berbeda pulau dengan mudahnya masuk PTN terbaik negeri ini karena nilai 8-9 berjejer rapi di kertas hasil belajar

Apa itu yang namanya keadilan?

Nilai sembilan di sini dan di tempat lain itu beda harganya
Perjuangan pelajar sini sama di tempat lain itu juga beda
Kita mati-matian belajar sampe tengah malem buat ujian
Memanfaatkan teknologi, saling mengirim catatan
Menghabiskan kuota
Buat kepentingan bersama

Mungkin teknologi belom rata di seluruh pelosok Indonesia
Bagi yang belum tersentuh teknologi pasti juga punya cara
Karena kita semua beda
Kita semua masing-masing punya cara

Kalo UN tujuannya menyamakan
Berarti soal di sini dan di sana harusnya sama
Harusnya dibuat sama guru dari seluruh Indonesia
Dari selatan sampai utara
Dari timur sampai barat

Kami butuh kejelasan
Sudah bulan dua belas dan keputusan itu masih simpang siur di media
Tinggal mengitung hari menuju penerimaan hasil belajar
Kalau memang UN tidak ada, katakanlah tidak ada
Jangan buat nasib kami tak jelas

Kami cuma pelajar biasa
Yang tak punya wewenang apapun mengatur kebijakan
Tapi setidaknya berilah kami kepastian
Kalau memang angkatan 2017 masih akan ujian nasional
Bilang saja
Kami akan bersiap
Selagi masih ada waktu dan kesempatan


Vina Kanasya

2 Desember 2016
22:48

***

Izinkan saya melanjutkan sajak yang berakhiran ‘a’
Dengan kalimat-kalimat berakhiran ‘a’ pula
Sajak yang menuntut kepastian
Itupun kalau tulisan ini bisa digolongkan sebagai sajak

Baru tadi pagi saat hendak menerjang hujan
Saya membaca berita bahwa kini namanya ujian sekolah berstandar nasional
Terdiri dari soal pilihan ganda dan uraian
Puji Tuhan, setidaknya ada sedikit cahaya kejelasan

Tapi, apa benar semua pelajaran?
Dan yang membuat soal adalah daerah dengan standar nasional?

Ini membingungkan

Tidak ada lagi ujian nasional
Yang ada ujian sekolah berstandar nasional
Soalnya terdiri dari pilihan ganda dan uraian
Standar nasional tapi pembuatan soal diserahkan pada daerah
Tidak hanya enam, tapi semua pelajaran
Kalau semua pelajaran, ujiannya akan berapa lama?

Boleh saya bertanya?

Adakah yang bisa membuktikan kepada para pelajar
Bahwa ujian itu tidak menakutkan?
Rasa-rasanya akan sulit, ya?

Barangkali sajak ini akan tenggelam
Ditenggelamkan oleh waktu dan dilupakan orang
Karena sesungguhnya
Sajak ini hanyalah pelarian belaka
Pelarian pikiran yang lelah belajar
Dan diombang-ambingkan oleh ketidakpastian

Vina Kanasya

3 Desember 2016
15:06

Comments