Peluk Masa Lalu, Mari Memulai Kembali

“Matahari sudah di penghujung petang
Ku lepas hari dan sebuah kisah
Tentang angan pilu yang dahulu melingkupi ku
Sejak saat itu langit senja tak lagi sama.” –Monita, Memulai Kembali

Sejujurnya, aku baru tau lagunya Monita yang Memulai Kembali belom lama ini. Gara-gara waktu itu diputer pas classmeeting, trus aku nanya sama adek kelasku. Aku cuma tau bagian “sejak saat itu langit senja tak lagi sama” soalnya pernah denger di radio #SayThanksToRadio, tau juga kalo itu lagunya Monita, siapa sih yang ga kenal sama suaranya :))) Trus pas classmeeting itu, aku tanya dia. “Ini lagunya siapa?” “Lagunya Monita, Mbak. Judulnya Memulai Kembali.” Setelah itu, aku baru cari lagu ini di Youtube, download dari Youtube, trus kudengerin berulang-ulang.


Dan bagian lirik yang aku sertakan di atas itu jadi bagian favorit aku. Btw, sebenernya semuanya, sih. Soalnya emang liriknya bagus banget, mencerminkan orang yang udah move on, dan bersyukur atas kondisi dirinya sekarang. Aku nggak akan ngereview lagu ini, aku cuma mau sharing/curhat aja kaya biasa. Berhubung lagu ini kena banget di aku.

Pernah ga, kalian lagi dalam fase susaaaaaah banget buat move on? Ketika hal yang paling pengen dilupain, malah jadi hal yang paling diinget sebelum tidur, bahkan sampe kebawa mimpi. Rasanya stress banget, apalagi kalo kenangan yang pengen dilupain itu adalah kenangan yang dulunya indah, tapi seketika berubah menjadi kenangan pahit yang amat menyakitkan. Harusnya sih setiap orang pernah. Kalau ada yang tanya apa ini menjurus sama suatu kejadian dalam hidupku, aku akan jawab: ya, ini salah satu refleksiku dari sebuah pengalaman pribadi. Refleksi yang ingin aku bagikan ke kalian. Semua kejadian dalam hidup itu udah selayaknya jadi pelajaran untuk jalanin hidup yang lebih baik lagi kedepannya, yes? Itu yang aku sadari akhir-akhir ini.

“Sh*t happens. Everyday. To everyone. The difference is in how people deal with it.”

Nggak jauh-jauh dari quotation itu sih. Kesialan itu tiap hari pasti ada, pasti terjadi sama semua orang. Cuma gimana kitanya bersikap sama kesialan itu tadi. Mungkin ada yang menganggap itu suatu pertanda akan sesuatu, mungkin ada juga yang menganggap itu cuma angin lalu, atau kalo yang lebih bijak lagi, menganggap itu sebagai ujian pendewasaan. (kenapa sejak udah legal bahasanku jadi gini terus ya--“)

Makin ke sini, aku juga jadi tahu sama kunci melupakan: berdamai dan memeluk masa lalu itu. Efek baca Hujan-nya Tere Liye nih. Jadi belajar banyak tentang kehidupan. Sadar aja sih, seiring berjalannya waktu, kita harus bisa lebih dewasa, bahkan tak jarang ‘lebih dewasa’ itu diartikan sebagai lebih bisa melepaskan. Lepaskan kalau memang mempertahankan bikin sakit, itu aja. Kadang emang sulit, tapi justru di situlah kita akan dapet banyak pelajaran hidup.

Aku pun nggak tau kenapa akhir-akhir ini postinganku cuma muter-muter di topik melupakan dan berdamai dengan masa lalu. Entah kenapa, rasanya menyenangkan ketika ber-refkeksi dari masa lalu, belajar dari kesalahan yang pernah diperbuat. Dipelajari, supaya besok nggak melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya.

Saat kita telah berhasil untuk memeluk masa lalu itu, itu artinya kita telah menutup lembaran lama itu, dan kini saatnya kita memulai sesuatu yang baru, saatnya mulai menulis di lembaran baru.


Cheers,
Vina Kanasya

Comments